MAQOMAT MA'RIFAT & RIDHO

 Nama : Salma Nur Nafisah

Nim.   : 193111007

Kelas. : 3A PAI 

Mata kuliah : Akhlak dan Tasawuf

Dosen pengampu : Ahmad Muzakkil Anam, M.Pd.I.

Assalamualaikum wr. wb.

Kali ini aku akan membahas materi kuliah yang berkaitan dengan Maqomat dalam tasawuf yaitu maqamat Ma'rifat & Ridho.


Banyak maqamat yang kita pelajari kali ini kita akan mempelajari maqomat Ma'rifat dan Ridho.

A. Pengertian Ma'rifat.

Secara bahasa Ma'rifat berasal dari kata 'arafa, yu'rifu, Irfan, berarti : mengetahui, mengenal dan pengetahuan ilahi. Orang yang mempunyai Ma'rifat disebut Arif. Secara istilah Ma'rifat adalah mengenal serta mengetahui berbagai ilmu secara rinci, atau dapat diartikan sebagai pengetahuan atau pengalaman secara langsung atas realitas mutlak Tuhan. Pengetahuan objek nya bukan hal yang bersifat dzahiriyyah tetapi mendalam terhadap penekanan aspek batiniyyah dengan memahami rahasianya. Berwujud pemahaman jiwa dan penghayatan yang nyata. 

Menurut Harun Nasution Ma'rifat berarti mengetahui tuhan dengan dekat sehingga hati ini dapat memandang adanya Tuhan. Ma'rifat menurut Harun Nasution memiliki ciri-ciri yaitu : 

1. Orang Arif adalah bangga dalam kepapannannya.

2.  Jika mata hati terbuka lalu mata kepala tertutup saat itu dilihatnya hanya Allah saja.

3. Ma'rifat adalah cermin jika seorang Arif melihat cermin maka yg dilihat hanyalah Allah.

4. Semua yang dilihat orang Arif baik waktu tidur maupun waktu terjaga hanyalah Allah.

5. Jika Ma'rifat berbentuk materi maka semua orang bisa melihat.

B. Cara mencapai Ma'rifat.

- Pertama : Marhalah Amal Lahir artinya berkekalan melakukan amal ibadah baik yang wajib ataupun yang sunnah sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw atau disebut usaha menghias diri dengan Syari’at.

– Kedua : Marhalah Amal Bathin atau Muraqabah yaitu berusaha dengan sungguh-sungguh mensucikan diri dari maksiat lahir dan bathin (takhalli) dengan cara taubat dan istighfar, memperbanyak dzikir dan shalawat, menunduk kan hawa nafsu dan menghiasi diri dengan amal terpuji/mahmudah lahir dan bathin (tahalli) atau disebut menjalankan Thariqah.

Pada tahap ini, setelah hati dan rohani telah bersih karena terisi oleh taubat dan istighfar, dzikir-dzikir dan shalawat, maka dengan rahmat Allah datanglah Nur yang dinamakan Nur Kesadaran.

– Ketiga : Marhalah Riyadhah dan Mujahadah yaitu berusaha melatih diri dan melakukan jihad lahir dan bathin untuk menambah kuatnya kekuasaan rohani atas jasmani, guna membebaskan jiwa dari belenggu nafsu duniawi, supaya jiwa itu menjadi suci bersih bagaikan kaca yang segera dapat menangkap apa-apa yang bersifat suci, sehingga akan beroleh berbagai pengetahuan yang hakiki tentang Allah dan kebesaran-Nya. Pada tahap ini, mulailah jiwa sedikit demi sedikit merasakan hal-hal yang halus serta rahasia, merasakan kelezatan dan kedamaian, dan merasakan nikmatnya iman dan taqwa dalam jiwanya. Kemudian selanjutnya datanglah kasyaf/keterbukaan mata hati, menyusul terbuka hijab sedikit demi sedikit sehingga sampailah ia kepada Nur Yang Maha Agung sebagai puncak tahap/marhalah ketiga. Nur ini dinamakan Nur Kesiagaan yakni kesiagaan dalam muhadarah bersama Allah. Tahap ini juga disebut Tahap Hakikat.

-Keempat : Marhalah Fana-Kamil yaitu jiwa si salik telah sampai kepada martabat syuhudul haqqi bil haqqi yakni melihat hakekat kebenaran. Kemudian terbukalah dengan terang berbagai alam rahasia baginya yaitu rahasia-rahasia ke-Tuhanan/Rabbani. Dalam pada itu berolehlah dia nikmat besar dalam mendekati Hadrat Ilahi Yang Maha Tinggi. Tahap ini juga disebut dengan Tahap Ma’rifat. Dalam situasi seperti inilah dia menemukan puncak mahabbah dengan Allah, puncak kelezatan yang tiada pernah dilihat mata, tiada pernah di dengar telinga, dan tiada pernah terlintas dalam hati sanubari manusia, tidak mungkin disifati atau dinyatakan dengan kata-kata. Pada marhalah ini sebagai puncak segala perjalanan, maka datanglah Nur yang dinamakan Nur Kehadiran.

C. Jenjang-jenjang Ma'rifat.

a. Ma'rifat tauhid (awam).

b. Ma'rifat Al Burhan wa Al istidlal (khas).

c. Ma'rifat Haqiqi(khawas-khawas).

D. Ma'rifat menurut Zu Al Nun Al Misri.

Ma'rifat menurut beliau menganalisis tentang Ma'rifat secara konseptual.  Al-Misri adalah pelopor paham ma‘rifat, Penilaian ini sangatlah tepat karena berdasarkan riwayat Al-Qathfi dan Al-Mas’udi—yang kemudian dianalisis Nicholson—dan Abd Al-Qadir dalam falsafah Al-sufiah fi Al-Islam; Al-Misri berhasil mernperkenaikan corak baru tentang ma’rifat dalam bidang sufisme Islam. Pertama, ía membedakan antara ma‘rifat sufiah dengan ma‘rifat aqliyah. 

Ma’rifat yang pertama menggunakan pendekatan qalb yang biasa digunakan para sufi-sufi, sedangkan ma’rifat yang kedua menggunakan pendekatan akal yang biasa digunakan para teolog.

Kedua, menurut Al-Misri, ma‘rifat sebenarnya adalah musyahadah qalbiyah (penyaksian hati), sebab ma‘riat merupakan fitrah dalam hati manusia sejak azali. Ketiga, teori-teori ma’rifat Al-Misri menyerupai gnosisme ala Neo-Platonik. Teori-teorinya itu kemudian dianggap sebagai jembatan menuju teori-teori wahdat asy-syuhud dan ittihad. Ia pun dipandang sebagai orang yang pertama kali memasukkan unsur falsafah dalam tasawuf.

E. Pengertian Ridho.

Ridho secara bahasa berasal dari kata Radiya, yarda, ridhawan yang berarti senang, puas, memilih, persetujuan, dan menerima. Ridho adalah merasa puas dan rela, suka dan senang hati. Ridho itu artinya rela, mencari Ridho Allah artinya mencari apa yang membuat Allah rela pada kita. Maka seorang yang memiliki prinsip hidup mencari ridho Allah adalah mereka yang menuhankan Allah sekaligus memiliki prinsip Lailahaillallah. Ini menyangkut filosofi hidup , menyangkut ideologi .

F. Tanda Ridho.

1. Mempercayakan usaha sebelum terjadi ketentuan.

2. Lenyapnya kegelisahan sesudah terjadi ketentuan.

3. Cinta tergelora ketika terjadi malapetaka.

G. Derajat keridoan. 

1. Derajat keridhoan secara umum : cinta kepada Allah rida kepada Allah dan membenci ibadah kepada selainnya.

2. Ridho kepada Allah, ridho akan qodho dan qodar Allah.

3. Ridha dengan ridho Allah.


Opini

Ma'rifat adalah mengetahui adanya Allah mengenal adanya Allah, mengetahui Allah itu beda dengan mengetahui Allah, mengenal itu tahapan yang paling tinggi mengenal yang Haqiqi adalah bahwa dia benar-benar tau akan apa yang dikenali, mengenal adalah tidak langsung mengetahui, tau dari orang lain dan tau dari diri sendiri dan tidak tau akan kata mengenal, mengenal Allah itu bisa mendefinisikan wujud nyatanya. Jika Ma'rifat di pahami orang awam akan kacau jika dipahami oleh ahli Ma'rifat maka itu akan dapat membuatnya menjadi dekat dengan Allah SWT. Seseorang mengenal Allah itu sudah bilang memahami bahwa semua nya itu dari Allah. Ketika seseorang mengenal Allah maka semua prilakunya itu akan menjadi baik semua yang dilarang oleh Allah mereka menjauhinya karena mereka takut akan siksa Allah atas perbuatannya yang telah mereka lakukan karena perbuatannya itu dipertanggung jawabkan di alam akhir kelak. Orang yang mengenal tidak hanya untuk tau secara umum tapi tau persen-persen kenal dengan Allah SWT.

Kita harus bersyukur terhadap nikmat Allah ketika kita sudah jatuh pada segalanya maka kita akan jatuh pada tahap ridho, Ridho adalah tingkatan yang paling tinggi untuk dekat dengan Allah, bagaimana Allah ridho pada kita sedangkan kita bergelimang dosa maka dari itu kita harus selalu bertobat terhadap apa yang telah kita lakukan yaitu kesalahan kita, Allah pun menguji konsisten kita dari kesabaran kita maka dari itu kita harus konsisten dengan ucapan tobat kita dengan perbuatan yang baik. Mengizinkan dan menerima dengan senang hati apa yang telah menjadi keridhoan Allah SWT.

Jadi semua yang ada di dunia ini kita sebagai manusia harus berpikir siapa yang memberikan oksigen seberapa banyak kita serap oksigen untuk bertahan hidup, jika kita beli oksigen untuk napas berapa banyak uang yang kita keluarkan untuk beli oksigen, untuk makan, tanaman yang tumbuh, air yang mengalir untuk minum, nikmat sehat, nikmat sempat untuk melakukan ibadah, sehat itu mahal harganya maka dari itu kita harus berpikir itu semua dari Allah SWT, maka kita harus dekat dengan Allah agar selalu diberikan hal yang kita inginkan untuk dekat dengan Allah kita harus mengenal Allah dengan baik terlebih dahulu, bersyukur adalah kunci dari semuanya yaitu ridho dan Ma'rifat. 


Demikian yang dapat saya sampaikan 

Kurang lebihnya saya minta maaf 🙏

Sampai jumpa dengan tulisanku selanjutnya 🙏

Wabilla hi Taufik wal hidayah waa ridho wainayah 

Wassalamu'alaikum warahmatullahi

Wabarakatuh.







Komentar

Postingan populer dari blog ini

BAB 1 : ISLAM WASATHIYAH - AKIDAH AKHLAK KELAS X (SMT GENAP)

BAB 4 : KISAH TELADAN NABI LUTH KELAS X (SMT GENAP)

NILAI ASAT BAHASA JAWA KELAS XI F1-F7