KESEHATAN MENTAL GURU DAN PENDIDIKAN BERKUALITAS
KESEHATAN MENTAL GURU DAN PENDIDIKAN BERKUALITAS
Menimba Ilmu
dari Prof.Dr. Azam Syukur Rahmatullah, S.H.I., M.SI., M.A., M.Psi., C.PNLP.
PROBLEMATIKA MENTAL GURU DI ERA KINI
A. Jenis Problematika Mental Guru di Era Kini
1. 1. Problematika Mental Internal
2. 2. Problematika Mental Eksternal
PrB. Problematika “ Mental Internal “ Kekinian para Guru
1. 1. Malas Mengajar
Hal ini disebabkan karena banyak sekali masalah pribadi guru yang dibawa pada saat mengajar. Guru merupakan manusia biasa yang juga mempunyai kehidupan, hubungan guru tidak hanya pada saat mengajar dengan murid nya saja akan tetapi terdapat hubungan antara guru dengan guru, dengan keluarga, dengan lingkungan sekitar hingga hubungan guru dengan teman dalam bekerja. Tidak bisa dipungkiri jika guru mempunyai banyak problematika hingga masalah dengan itu maka ada guru juga yang terkadang membawa masalah pribadinya saat mengajar padahal hal tersebut akan menyebabkan ketidaknyamanan guru dan siswa yang diajar. Dengan ini, maka guru harus bisa berusaha agar tidak membawa masalah tersebut dalam mengajar yakni dengan cara memilah jika sudah saatnya mengajar guru mengajar dan menganggap bahwa tidak ada apa-apa atau masalah, jika sudah selesai mengajar atau saat dirumah juga tidak membawa masalah sekolah kerumah dan penanaman mental guru itu baik dilakukan untuk membatasi guru bisa mengetahui masalah tersebut ditempatkan dan diselesaikan dengan baik tidak menggangu aktivitas mengajar atau menggangu aktivitas rumah.
2. 2. Mudah Mengeluh
Manusia memang tempatnya mengeluh, tidak ada manusia yang sempurna. Guru juga manusia, dan guru juga boleh untuk mengeluh asalkan tidak berlebihan. Jika seorang guru mengeluh dengan berlebihan contoh : apa-apa dirasa, tidak tahan banting, maunya yang enak-enak saja diajak untuk berjuang dari bawah tidak mau hal ini akan menjadikan pendidikan saat guru mengajar tidak berjalan dengan baik. Guru dapat membentenginya dengan menanamkan mental yang bagus, jika seorang guru mempunyai mental yang baik maka guru tidak akan semua dikeluhkan dirasa boleh namun jangan sampai berlarut dalam mengeluh. Guru dapat meniatkan suatu pekerjaan hingga mengajar dengan selalu menanamkan sabar dan keikhlasan agar semua berbuah kesenangan dan kebahagiaan.
3. 3. Rapuh Diri
Penanaman mental seorang harus dibangun sejak kecil jika seorang bisa mendapatkan ilmu dari kecil maka penanaman mental juga harus tertanam karena tanpa adanya penanaman mental yang baik maka seseorang akan rapuh. Dalam dunia pekerjaan seseorang akan dihadapkan dengan banyak problematika misalnya: tempat pekerjaan yang tidak nyaman, teman kerja yang toxic membuat pekerja memilih untuk meninggalkan pekerjaannya ketimbang berada dalam lingkungan yang tidak sehat. Rapuhnya diri guru dalam bekerja juga membuat guru tidak semangat dalam bekerja, hal itu membuat guru menjadi tidak tahan banting dalam menghadapi masalah, emosional yang meluap, akhirnya tidak bisa beradaptasi baik dengan lingkungan sekitar. Guru jika sudah mengalami rapuh diri tidak bisa bekerjasama dengan baik, mudah tersinggung hingga tidak bisa bijaksana lagi. Dengan demikian menanamkan mental yang baik pada guru padat meminimalisir hal tersebut.
C. Problematika “Mental Eksternal” Kekinian para Guru
1. Terguir dengan Teman Disekolah Lain
Guru jika melihat teman disekolah lain kayak enak sekali dan ingin pindah mengajar. Pekerjaan dimana saja itu sama saja, jadi tergantung yang menjalaninya. Terkadang seseorang melihat orang lain bekerja dengan enak dan gaji yang besar, itu hanya padangan orang tersebut namun aslinya semua pekerjaan mempunyai resiko semua. Seorang guru memandang temannya bekerja dengan enak namun belum tentu jika guru tersebut diposisi itu juga akan enak, itu hanyalah penilaian orang. Jadi dalam bahasa Jawa “ nyawang kui penak, nanging cobo lakonono nk yo podo wae”. Tergantung yang melihat, dengan ini maka tanamkan nilai bersyukur dalam diri ini.
2. Permasalahan Gaji Menurukan Motivasi Kinerja
Jika dalam mengajar guru sudah tahu akan mendapatkan gaji yang rendah, jadi harusnya guru juga sudah siap dengan segala resiko yang ada. Terkadang seorang guru tidak memikirkan bahwa jika disekolah yang notabenya kecil maka gaji gurunya juga akan kecil, jika disekolah yang besar dengan murid yang banyak gaji tersebut juga mengikuti. Jika seseorang ingin gaji yang besar maka harus memikirkan dimana dia akan masuk kedalam instansi pendidikan yang dituju jangan hanya mengandalkan saya sudah kerja dan diterima dipekerjaan saja namun tidak memikirkan masa depannya. Mengenai gaji jika gaji dibaratkan rezeki maka otomatis gaji kecil juga merupakan rezeki, karena bekerja sebagai guru tidak hanya mendapatkan gaji namun juga mendapat pahala atas ilmu yang disampaikan kepada peserta didiknya maka seorang guru juga harus ikhlas.
Guru mengajar akan dikenang oleh muridnya dan banyak murid yang akan selalu mendoakan gurunya, manusia hidup tidak hanya untuk memperoleh gaji sebagai guru bekerja mendapatkan dunia dan akhirat, misalnya dunia guru mendapat gaji dan bisa mempertahankan kehidupannya dan untuk akhirat setiap ilmu yang diajarkan oleh guru bernilai ibadah dan setiap ilmu baik yang diamalkan siswanya akan mendapatkan amal jariyah yang pahalanya selalu mengalir hingga guru tersebut meninggal dan hingga hari kiamat.
3. Resilisensi Diri yang Lemah
Dalam dunia pendidikan terdapat seorang guru, guru mempunyai kemampuan yang disebut dengan resilisendi. Resilisensi merupakan kemampuan guru untuk bisa beradaptasi dengan baik, tetap teguh dalam situasi sulit. Guru harus mempunyai resilisensi untuk tetap menjadi guru yang professional jika guru tidak mempunyai resilisensi yang baik maka guru akan tidak tahan dengan perilaku murid. Guru dapat membangun resilisensi dengan menggunakan regulasi emosi, pengendalian diri, optimism, empati, analisis penyebab masalah dan efikasi diri (kemampuan memecahkan suatu masalah).
D. Faktor Penyebab Problematika Mental Guru di Era Kini
1. Pembelajaran di kampus yang hanya berbasis Akal dan Otak, tidak berbasis mental, lebih banyak pemahaman teori namun praktek nyatanya tidak ada
1. 2. Standar kelulusan berbasis karya ilmiah saja tidak berbasis kepribadian, mental dan spiritual
2. 3. Relisiensi Guru yang rendah hingga menimbulkan ketidaksiapan menjadi guru
3. 4. Spiritualitas calon guru yang tidak tumbuh sehingga terkadang menggugat Tuhan tidak Qana’ah
5. Kualitas Mental Guru Berpengaruh pada Kualitas Kinerja
Mentalitas Guru yang rendah dan tidak berkembang positif dan mandul menjadikan kualitas pribadi, kualitas pengajaran, kualitas pengasuhan, kepada anak menjadi tidak dapat berkembang dengan baik. Seorang guru mempunyai ilmu yang banyak,serba bisa dan mempunyai pengalaman serta inovasi yang besar dalam perubahan pembaharuan sekolah, namun jika kepala sekolah atau pemimpin tertinggi disekolahnya hanya stag tidak mendukung terciptanya perbahan tersebut padahal perubahan tersebut memang baik untuk kemajuan sekolah maka seorang guru tidak bisa apa-apa ini yang disebut dengan stagnya sekolah.
Ø 6. Mentalitas guru menjadi “Soko Guru” dalam perjuangan mencerdaskan anak-anak dan dalam memberikan ilmu serta adab kepada anak. Adab dan ilmu merupakan suatu yang sejajar namun Adab harus lebih didahulukan dari pada ilmu. Seorang yang berilmu belum tentu beradab dan seorang yang sudah beradab pastinya mendapat ilmu dengan mudah. Penanaman adab harus ditanamkan namun adab ada karena belajar dari ilmu jadi keduanya saling keterkaian antara adab dan ilmu. Seorang yang sudah mempunyai adab yang baik dan ilmu yang baik akan menjadikan baiknya dalam berakhlak serta bertingkah laku.
E. Penguatan Mental Guru yang harus Dikembangkan untuk Kestabilan Kualitas Diri
1. 1. Penguatan Ilmu Sabar, Ilmu Ikhlas dan Ilmu Syukur
2. 2. Penguatan Positive Thinking husnudhan dengan takdir Allah Swt.
3. 3. Penguatan Diri untuk Menjadi Guru yang Pembelajar
4. 4. Penguatan Spiritual, item yang sering diabaikan dan tidak menjadi fokus utama guru
5. 5. Penguatan pemikiran bahwa gaji berbeda dengan rezeki
6. 6. Motivasi dari Al Qur’an
وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّهُۥ مَخْرَجًا
Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ تَنْصُرُوا اللّٰهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ اَقْدَامَكُمْ ٧
“Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (Muhammad:7).
لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا
“Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.”
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ٧
(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras”(Ibrahim:7).
F. Hal yang harus Disadari untuk Penguatan Kualitas Diri
1. 1. Kebijakan Diri
2. 2. Kehati-hatian sikap
3. 3. Kedewasaan Diri
Komentar
Posting Komentar