AKIDAH AKHLAK KELAS XI F1 ALIRAN KALAM

 AKIDAH AKHLAK KELAS F1

ALIRAN ALIRAN ILMU KALAM


KELOMPOK 1

ALIRAN KHAWARIJ

NO

                 NAMA SISWA

          KELAS

   NO ABSEN

  1.

               Ahza Hanania

            Xl.F1

            2

  2.

                Anisa Nur W.

            Xl.F1

           06

  3.

          Bondan Pamungkas

            Xl.F1

           08

  4.

            Chalista Dhilan P.

            Xl.F1

           10

  5.

               Desvita Kamal

            Xl.F1

           13

 

1. Pengertian aliran khawarij:

 Kaum khawarij merupakan suatu kelompok/sekte/aliran pengikut Ali bin Abi Thalib. Mereka memutuskan keluar meninggalkan barisan pasukan karena adanya ketidakpuasan terhadap keputusan Ali.

 

2. Sebab terbentuknya aliran:

Kaum Khawarij muncul pada masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib (35-40 H/665-660 M). Ali bin Abi Thalib adalah Khalifah Khulafaur Rasyidin keempat, yang menggantikan Khalifah Utsman bin Affan. Setelah menjadi khalifah, Ali berpendapat bahwa prioritas saat itu adalah menstabilkan keadaan yang kacau, baru memproses pembunuh Khalifah Utsman.Namun, Muawiyah bin Abu Sufyan tidak puas dengan kebijakan yang diambil oleh Khalifah Ali, hingga mengakibatkan pecahnya Perang Shiffin pada 26-28 Juli 657. Pasukan Khalifah Ali hampir saja memenangkan peperangan. Akan tetapi, pasukan Muawiyah yang dipimpin oleh Amr bin Al Ash kemudian memerintahkan mengangkat Al Quran di tiap ujung tombak sebagai simbol untuk melakukan tahkim atau jalan damai.Khalifah Ali pun menerima ajakan tahkim dari pihak Muawiyah. Namun, ada pihak di dalam pasukannya yang tidak menyukai keputusan ini. Kelompok tersebut kemudian keluar dari barisan Ali, yang kemudian dikenal dengan nama golongan Khawarij.

 

3. Tokoh pendiri aliran:

- Abu Bakr al Ahwal

Abu Bakr al Ahwal merupakan sosok tokoh aliran Khawarij yang dikenal. Ia merupakan sosok pemimpin sekaligus pejuang dalam berbagai pertempuran yang melawan pemerintah Islam.

- Najdah bin Amir

Tokoh Khawarij berikutnya adalah Najdah bin Amir. Namanya terkenal sebagai sosok ahli tafsir dan ahli hukum. Selain itu, ia juga menjadi pemimpin pada beberapa pertempuran melawan pemerintah Islam.

- Abdullah bin Wahab al Rasibi

Abdullah bin Wahab al Rasibi merupakan tokoh aliran Khawarij yang juga populer. Ia merupakan sosok ahli tafsir dan ulama. Sama seperti dua tokoh sebelumnya, ia juga pernah memimpin beberapa pertempuran

 

4. Madzhab yang dianut aliran:

Aliran Khawarij tidak menganut satu mazhab tunggal. Mereka terpecah menjadi beberapa sekte, masing-masing dengan pemikiran dan praktik yang sedikit berbeda. Beberapa sekte Khawarij yang paling dikenal adalah Al-Muhakkimah, Al-Azariqah, AlNajdat, Al-Sufriyah, Al-Ajaridah, dan Al-Ibadhiyyah.

Berikut adalah penjelasan singkat tentang beberapa sekte tersebut:

~> Al-Muhakkimah:

Kelompok Khawarij pertama yang muncul, menolak arbitrase antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah, serta menganggap kafir siapapun yang terlibat di dalamnya.

~> Al-Azariqah:

Dikenal karena pandangan ekstremnya, termasuk menganggap kafir orang yang tidak ikut bergabung dengan mereka.

~> Al-Najdat:

Muncul karena perbedaan pendapat dengan Al-Azariqah, terutama mengenai status orang yang tidak berhijrah ke wilayah mereka.

~> Al-Sufriyah:

Kelompok yang memiliki pandangan moderat dibandingkan Al-Azariqah, namun tetap dianggap ekstrem.

~> Al-Ajaridah:

Kelompok yang dipimpin oleh Abdul Karim bin Ajrad.

~> Al-Ibadhiyyah:

Sekte Khawarij yang dianggap paling moderat, didirikan oleh Abdullah bin Ibadh. Meskipun berbeda-beda, semua sekte Khawarij memiliki satu kesamaan: prinsip "la hukma illa lillah" (tidak ada hukum selain hukum Allah). Mereka menolak hukum manusia dan menganggap bahwa hanya hukum Allah yang berlaku.

5. Pokok pokok Aliran:

Aliran Khawarij memiliki beberapa pokok ajaran yang menjadi ciri khasnya. Ajaran-ajaran tersebut meliputi: pemahaman bahwa pelaku dosa besar dianggap kafir, kewajiban memberontak terhadap penguasa yang zalim, dan menganggap sah kekhalifahan yang dipilih secara bebas oleh umat Islam tanpa memandang suku atau status sosial.

 

 

6. Doktrin doktrin yang dianut aliran:

Doktrin-doktrin Khawarij adalah ajaran utama dari kelompok Khawarij, yaitu salah satu sekte dalam Islam yang muncul pada masa awal Islam, khususnya setelah peristiwa arbitrase antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abu Sufyan pasca Perang Shiffin. Mereka dikenal karena pandangan ekstrem terhadap dosa besar dan kepemimpinan umat Islam.Berikut ini adalah doktrin-doktrin utama Khawarij:

1. Takfir (Pengkafiran terhadap Muslim lain)

Khawarij meyakini bahwa pelaku dosa besar adalah kafir dan keluar dari Islam. Mereka menganggap orang yang tidak sepaham dengan mereka sebagai murtad, bahkan jika masih mengucapkan syahadat.

2. Kepemimpinan Harus dari Orang yang Paling Saleh

Mereka percaya bahwa imam (pemimpin) umat Islam harus orang yang paling bertakwa, bukan dari keturunan Quraisy atau orang tertentu. Bahkan orang biasa pun bisa jadi imam selama dia adil dan saleh.

3. Menolak Arbitrase (Tahkim)

Mereka menolak keputusan tahkim (arbitrase) antara Ali dan Muawiyah, karena menurut mereka hanya Allah yang berhak memutuskan perkara, bukan manusia. Slogan mereka terkenal: “La hukma illa lillah” (Tidak ada hukum kecuali milik Allah).

4. Kewajiban Memberontak terhadap Pemimpin Zalim

Mereka menganggap bahwa jika seorang pemimpin melakukan maksiat atau menyimpang, maka wajib dilawan atau diperangi.

5. Menghalalkan Darah Muslim Lain

Karena mudah mengkafirkan, mereka membolehkan membunuh orang-orang Islam lain yang dianggap kafir, termasuk sahabat Nabi yang tidak sepaham.

6. Zuhud dan Fanatik

Mereka terkenal hidup sangat asketik (zuhud) dan sangat fanatik terhadap keyakinan mereka.Ibadah mereka sangat rajin, namun dibarengi dengan pemahaman agama yang keras dan kaku.

7. Sekte -sekte aliran:

Sekte Khawarij Kaum Khawarij terus berkembang hingga muncul beberapa sekte. Berikut adalah beberapa sekte Khawarij: Al Zariqah: Pengikut Nafi’ bin Al Azraq yang muncul dari abad ke-7 Al Najdat: Pecahan dari kelompok Nafi’ yang juga pengikut Najdah A’mir Al Hanafi Al Ibadiah: Pecahan kelompok Nafi' pimpinan Abdullah bin Iyadh at Tamimi.

 

REFERENSI

https://kumparan.com/berita-hari-ini/kaum-khawarij-sejarah-sekte-sekte-dan-doktrin-yang-diajarkan-1vNTlHabwqf 

https://www.kompas.com/stori/read/2022/04/26/110000579/golongan-khawarij--sejarah-ajaran-dan-sekte 

 

KELOMPOK 2

ALIRAN SYIAH

LUTFIAH ZAHRA TALITA (26)

NIKA HAULI ZAKI (29)

ICHA AGUSTINE EVIARAMADANI (19)

FAKHIROH ASMA ZAHRO (16)

FAHRANI WISNU ( )

A. Pengertian Syiah

Syiah (Bahasa Arab Bahasa Persia: شیعه ialah salah satu aliran atau mazhab dalam

Islam. Syi'ah menolak kepemimpinan dari tiga Khalifah Sunni pertama seperti juga Sunni

menolak Imam dari Imam Syi'ah. Bentuk tunggal dari Syi'ah adalah Syi'i (Bahasa Arab: ع شي

menunjuk kepada pengikut dari Ahlul Bait dan Imam Ali. Sekitar 90% umat Muslim

sedunia merupakan kaum Sunni, dan 10% menganut aliran Syi'ah.

"Syi'ah" adalah bentuk pendek dari kalimat bersejarah Syi'ah Ali ل artinya شيعة ع

"pengikut Ali", yang berkenaan tentang Q.S. Al-Bayyinah ayat khoirulbariyyah, saat

turunnya ayat itu Nabi SAW bersabda: "Wahai Ali, kamu dan pengikutmu adalah orang

orang yang beruntung" (ya Ali anta wa svi'atuka humulfaaizun)

Syi'ah menurut etimologi bahasa Arab bermakna: pembela dan pengikut

seseorang. Selain itu juga bermakna: Setiap kaum yang berkumpul di atas suatu perkara.

Adapun menurut terminologi syariat bermakna: Mereka yang menyatakan bahwa Ali bin

Abi Thalib sangat utama di antara para sahabat dan lebih berhak untuk memegang tampuk

kepemimpinan kaum muslimin, demikian pula anak cucunya sepeninggal beliau. Syi'ah,

dalam sejarahnya mengalami beberapa pergeseran. Seiring dengan bergulirnya waktu,

Syi'ah mengalami perpecahan sebagaimana Sunni juga mengalami perpecahan mazhab.

Muslim Syi'ah percaya bahwa Keluarga Muhammad (yaitu para Imam Syi'ah) adalah

sumber pengetahuan terbaik tentang Qur'an dan Islam, guru terbaik tentang Islam setelah

Nabi Muhammad SAW, dan pembawa serta penjaga tepercaya dari tradisi Sunnah.

Secara khusus, Muslim Syi'ah berpendapat bahwa Ali bin Abi Thalib, yaitu sepupu

dan menantu Nabi Muhammad SAW dan kepala keluarga Ahlul Bait, adalah penerus

kekhalifahan setelah Nabi Muhammad SAW, yang berbeda dengan khalifah lainnya yang

diakui oleh Muslim Sunni. Muslim Syi'ah percaya bahwa Ali dipilih melalui perintah

langsung oleh Nabi Muhammad SAW, dan perintah Nabi berarti wahyu dari Allah.

Perbedaan antara pengikut Ahlul Bait dan Abu Bakar menjadikan

perbedaanpandangan yang tajam antara Syi'ah dan Sunni dalam penafsiran Al-Qur'an,

Hadits, mengenai Sahabat, dan hal-hal lainnya. Sebagai contoh perawi Hadits dari Muslim

Syi'ah berpusat pada perawi dari Ahlul Bait, sementara yang lainnya seperti Abu Hurairah

tidak dipergunakan. Tanpa memperhatikan perbedaan tentang khalifah, Syi'ah mengakui otoritas Imam Syi'ah (juga dikenal dengan Khalifah Ilahi) sebagai pemegang otoritas

agama, walaupun sekte-sekte dalam Syi'ah berbeda dalam siapa pengganti para Imam

dan Imam saat ini.

 

B. Sebab terbentuknya aliran Syiah

Syiah mulai muncul setelah pembunuhan khalifah Utsman bin ‘Affan. Pada masa

kekhalifahan Abu Bakar, Umar, masa-masa awal kekhalifahan Utsman yaitu pada masa

tahun-tahun awal jabatannya, Umat islam bersatu, tidak ada perselisihan. Kemudian pada

akhir kekhalifahan Utsman terjadilah berbagai peristiwa yang mengakibatkan timbulnya

perpecahana, muncullah kelompok pembuat fitnah dan kezhaliman, mereka membunuh

Utsman, sehingga setelah itu umat islam pun berpecah-belah.

Pada masa kekhalifahan Ali juga muncul golongan syiah akan tetapi mereka

menyembunyikan pemahaman mereka, mereka tidak menampakkannya kepada Ali dan

para pengikutnya.

 

C. Tokoh-tokoh aliran Syiah

Di awal kemunculannya, aliran Syiah hanya bersifat politis, namun selanjutnya

berkembang ke masalah teologis dan hukum.

Loyalitas Syiah tidak saja kepada Ali bin Abi Thalib, melainkan kepada seluruh

keluarganya, termasuk Hasan yang diangkat sebagai khalifah menggantikan ayahnya.

Salah satu tokoh yang meletakkan dasar teologi Syiah adalah Abdullah bin Saba'. Selain

itu, ada beberapa tokoh Syiah, yakni:

•Abu Dzar al Ghiffari

•Miqad bin Al Aswad

•Ammar bin Yasir

Dalam keyakinan Islam Syiah, terdapat 12 imam Syiah, yakni:

•Ali bin Abi Thalib (Amirul Mukminin)

•Hasan bin Ali (Hasan Al-Mujtaba)

•Gusain bin Ali (Husain Asy-Syahid)

•Ali bin Husain (Ali Zainal Abidin)

•Muhammad bin Ali (Muhammad Al-Baqir)

•Ja'far bin Muhammad (Ja'far Ash Shaqid)

•Musa bin Ja'far (Musa Al-Kadzim)

•Ali bin Musa (Ali Ar-Ridha)

•Muhammad bin Ali (Muhammad Al-Jawad/Muhammad At Taqi)•Ali bin Muhammad (Ali Al Hadi)

•Hasan bin Ali (Hasan Al Askari)

•Muhammad bin Hasan (Muhammad Al-Mahdi)

 

D. Mahzab yang dianut aliran Syiah

•Mazhab Ja'fari:

Dinamakan demikian karena dinisbahkan kepada Ja'far al-Sadiq, Imam Syiah keenam.

Mazhab ini diikuti oleh mayoritas Syiah, termasuk Syiah Imamiyah (Dua Belas Imam) dan

Syiah Ismailiyah.

•Mazhab Zaydi:

Diikuti oleh Syiah Zaidiyah, juga dikenal sebagai Syiah Lima Imam. Mazhab ini dinamai

menurut Zayd ibn Ali.

•Syiah Imamiyah (Dua Belas Imam):

Aliran ini meyakini adanya 12 imam yang merupakan keturunan Nabi Muhammad melalui

putrinya, Fatimah, dan menantu, Ali bin Abi Thalib.

•Syiah Ismailiyah:

Aliran ini memiliki cabang-cabang seperti Nizari, Musta'li, dan lainnya. Kelompok Musta'li

kemudian terpecah lagi menjadi Hafizi dan Tayyibi.

Perlu dicatat bahwa perbedaan utama antara mazhab-mazhab Syiah ini terletak pada garis

suksesi Imamah (kepemimpinan) setelah Nabi Muhammad.

 

E. Pokok-pokok aliran Syiah

Pokok-pokok ajaran kalam Syiah, khususnya Imamiyah, mencakup:

1. Tauhid, bahwa Tuhan adalah Maha Esa.

2. Al-Adl, bahwa Tuhan adalah Mahaadil.

3. An-Nubuwwah, bahwa kepercayaan Syiah meyakini keberadaan para nabi sebagai

pembawa berita dari Tuhan kepada umat manusia.

4. Al-Imamah, bahwa Syiah meyakini adanya imam yang senantiasa memimpin umat

sebagai penerus risalah kenabian.h

5. Al-Ma'ad, bahwa akan terjadinya Hari Kebangkitan.

 

F. Doktrin- Doktrin yang dianut aliran Syiah:1. Ahlulbait (Ahl al-Bait)

Secara harfiah, ahlulbait berarti keluarga atau kerabat dekat. Terhadap pengertian

ahlulbait, ada 3 pengertian:

1)istri-istri Nabi Muhammad SAW dan seluruh Bani Hasyim,

2)hanya Bani Hasyim,

3) terbatas pada Nabi Muhammad SAW sendiri, Ali, Fatimah, Hasan, Husen, dan imam

imam dari keturunan Ali bin Abi Thalıb.

Dalam Syi'ah, pengertian ke -3 yang lebih populer

2. Al-Bada

Menurut bahasa, al-Bada artinya tampak. Doktrin al-Bada adalah keyakman

bahwa Allah SWT mampu mengubah suatu peraturan atau keputusan yang telah

ditetapkan -Nya dengan peraturan atau keputusan haru.

3. Asura

Asura berasal dari kata "asyarah yang berarti sepuluh, yaitu hari kesepuluh bulan

Muharam sebagai hari berkabung Syi'ah untuk memperingati wafatnya Husein bin Ali dan

keluarganya oleh pasukan Yazid bin Muawiyah di Karbala. Irak pada tahun 61 H.

4. Imamah (Kepemimpinan)

Imamah adalah keyakinan bahwa setelah Nabi Muhammad SAW wafat harus ada

pemimpin-pemimpin Islam yang melanjutkan misi atau risalah Nabi Muhammad SAW.

Kepemimpinan mencakup persoalan-persoalan keagamaan dan kemasyarakatan.

5. 'Ismah

Ismah bentuk masdar dari kata asama berarti memelihara atau menjaga.. 'Ismah

ialah kepercayaan bahwa para imam itu, termasuk Nabi Muhammad SAW. telah dijamin

oleh Allah SWT dari segala bentuk. perbuatan salah atau lupa.

6. Marja 'iyyah atau Wilayah al-Faqih

Marja iyyah berasal dari kata marja yang artinya tempat kembalinya sesuatu. Kata

Wilayah al-Fagih: wilayah berarti kekuasaan atau kepemimpinan, faqih berarti ahli fiqih

atau ahli hukum Islam. Wilayah al-Faqih berarti kekuasaan atau kepemimpinan para

fuqaha.

7. Raj'ahRaj'ah berasal dari kata raja 'a yang artinya pulang atau kembali. Raj'ah adalah

keyakinan akan dihidupkannya kembali sejumlah hamba Allah SWT yang paling saleh dan

sejumlah hamba Allas SWT yang paling durhaka untuk membuktikan kebesaran dan

kekuasaan Allah SWT di muka bumi, bersamaan dengan munculnya Imam Mahdi. Raj'alt

ini bukanlah keyakinan pokok, namun diyakini karena beberapa riwayat dari imam imam

mereka akan adanya raj 'ah.

8. Taqiyah

Taqiyah berasal dari kata taqiva atau ittaqa artinya takut. Taqivah adalah sikap

berhati-hati demi menjaga keselamatan jiwa karena khawatir akan bahaya yang dapat

menimpa dirinya. Dalam kehati-hatian ini terkandung sikap penyembunyian identitas dan

ketidakterusterangan

9. Tawassul

Tawassul adalah memohon sesuatu kepada Allah SWT dengan menyebut pribadi

atau kedudukan seorang nabı, imam,atau bahkan seorang wali supaya doanya cepat

dikabulkan Allah SWT. Dalam Syi'ah, tawassul merupakan salah satu tradisi keagamaan

yang sulit dipisahkan.

10. Tawalli dan Tabarri

Tawalli berasal dari kata tawalla fulanan, artinya mengangkat seseorang sebagai

pemimpinnya. Tabarri berasal dari kata tabarra'a an fulan, artinya melepaskan diri atau

menjauhkan diri dari seseorang. Sebagai salah satu doktrin Syiah yang amat penting,

Tawalli dimaksudkan sebagai sikap keberpihakan kepada ahlulbait, mencintai mereka,

patuh pada perintah-perintah mereka, dan menjauhi segala larangan mereka. Tabarri

dimaksudkan sebagai sikap menjauhkan diri atau melepaskan diri dari musuh-musuh

ahlulbait, menganggap mereka sebagai musuh-musuh Allah SWT, membenci mereka, dan

menolak segala yang datang dari mereka.

 

G. Sekte-Sekte aliran Syiah

Pada umumnya ahli membagi sekte Syiah dalam 4 golongan besar yaitu ;

1. Kaisaniyyah

Golongan Kaisaniyyah adalah sekte Syiah yang mempercayai kepemimpinan

Muhammad bin Hanafiah setelah wafatnya Husein bin Ali.

2. Imamiyyah (rafidhah)Golongan Imamiyyah adalah golongan yang meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW

telah menunjukkan Ali Bin Abi Thalib sebagai penggantinya dengan penunjukan yang

jelas dan tegas, mereka tidak mengakui keabsahan kepemimpinan Abu Bakar As

Siddiq, Umar Bin Khattab setelah Utsman bin Affan.

3. Zaidiyyah

Golongan Zaidiyyah adalah sekte dalam Syiah yang mempercayai kepemimpinan Zaid

bin Ali Bin Husein Zainal Abidin setelah kepemimpinan Husein bin Ali.

4. Ghulat

Kaum Ghulat adalah golongan yang berlebih-lebihan dalam memuja Imam Ali Bin Abi

Thalib atau imam-imam lain yang menganggap bahwa para imam tersebut bukan

manusia biasa melainkan jelmaan Tuhan atau bahkan Tuhan itu sendiri.

 

Daftar Pustaka

https://id.wikishia.net/view/Syiah#:~:text=Saat%20ini%2C%20mazhab%20Syiah%20terbagi,:%2 

0Imamiyah%2C%20Ismailiyah%20dan%20Zaidiyah.

https://id.scribd.com/document/449429203/makalah-aliran-syiah  

https://www.kompas.com/stori/read/2022/06/08/090000779/apa-itu-syiah-?page=all  

https://id.scribd.com/document/493274145/MAKALAH-ALIRAN-SYIAH 

https://muslim.or.id/8770-sejarah-kemunculan-syiah.html 

https://kuliahalislam.com/sekte-sekte-dalam-mazhab-syiah/ 

Kelompok 3

ALIRAN MURJIAH

Anggota:

1. Gendis Sinung Pertiwi (18)

2. Jessika Aura Yulianti (22)

3. Mega khairunnisa (27)

4. Nur Izzatul Aleesya (31)

ALIRAN MURJI'AH

1. Pengertian

Aliran Murji'ah adalah aliran sesat dan termasuk ahlul bidah yang meyakini bahwa amal

tidak termasuk dalam nama imam, dan bahwasanya kemaksiatan tidak membahayakan

iman seseorang, sebagaimana ketaatan tidak bermanfaat terhadap kekafiran

seseorang.[1] Golongan ini muncul dari golongan yang tak sepaham dengan Khawarij.

Ini tercermin dari ajarannya yang bertolak belakang dengan Khawarij. Pengertian

Murji'ah sendiri berasal dari kata arja'a yaitu menunda ataupun menangguhkan atau

juga penangguhan keputusan atas perbuatan seseorang sampai di pengadilan Allah

kelak. Jadi, mereka tak mengkafirkan seorang Muslim yang berdosa besar, sebab yang

berhak menjatuhkan hukuman terhadap seorang pelaku dosa hanyalah Allah, sehingga

seorang Muslim, sekalipun berdosa besar, dalam kelompok ini tetap diakui sebagai

Muslim dan punya harapan dan kesempatan untuk bertobat.

 

2. Sebab Terbentuknya Aliran Murji'ah

Asal-usul aliran Murji'ah dapat dibagi menjadi dua sebab, yaitu:

1. Permasalahan Politik

Munculnya aliran Murji'ah dilatarbelakangi oleh persoalan politik, yaitu soal kekhalifahan.

Setelah terbunuhnya khalifah Usman bin Affan, umat Islam terpecah kedalam dua

kelompok besar yaitu kelompok Ali bin Abi Thalib dan Mu'awiyah.. Kelompok Ali

kemudian terpecah juga kedalam dua golongan yaitu yang setia membela Ali (disebut

Syiah) dan golongan yang keluar dari barisan Ali (disebut Khawarij). Ketika terjadi

pertikaian antara Ali dan Mu'awiyah, dilakukan tahkim (arbitrase) atas usulan Amr bin

Ash, seorang kaki tangan Mu'awiyah. Golongan Syi'ah dan Khawarij memandang bahwa

tahkim bertentangan dengan Al-Qur'an, dengan pengertian tidak bertahkim dengan

hukum Allah. Oleh karena itu mereka berpendapat bahwa melakukan tahkim adalah doa

besar, dan pelakunya dapat dihukumi kafir, sama seperti perbuatan dosa besar lain.Dalam suasana pertentangan inilah timbul suatu golongan baru yang ingin bersukap

netral, tidak mau turut dalam praktek kafir mengkafirkan yang terjadi antara golongan

yang bertentangan ini. Bagi mereka sahabat-sahabat yang bertentangan ini merupakan

orang-orang yang dapat dipercayai dan tidak keluar dari jalan yang benar. Oleh karena

itu mereka tidak mengeluarkan pendapat siapa sebenarnya yang salah, dan lebih baik

menunda (arja'a) yang berarti penyelesaian persoalan ini di hari perhitungan di depan

Tuhan.

2. Permasalahan ke-Tuhanan

Dari permasalahan politik, mereka kamu Murji'ah pindah kepada permasalahan

ketuhanan (teologi) yaitu persoalan dosa besar yang ditimbulkan kaum Khawarij. Kaum

Khawarij menjatuhkan hukum kafir bagi orang yang membuat dosa besar, sedangkan

kaum Murji'ah menjatuhkan hukum mukmin.

Pendapat penjatuhan hukum kafir pada orang yang melakukan dosa besar oleh kaum

Khawarij ditentang oleh kaum Murji'ah yang mengatakan bahwa pembuat dosa besar

tetap mukmin, tidak kafir, sementara dosanya diserahkan kepada Allah SWT, apakah

Dia akan mengampuninya atau tidak.

Aliran Murji'ah menangguhkan penilaian terhadap orang-orang yang terlibat dalam

peristiwa tahkim itu dihadapan Tuhan, karena hanya Tuhan-lah yang mengetahui

keadaan iman seseorang. Demikian pula orang mukmin yang melakukan dosa dianggap

mukmin dihadapan mereka. Orang mukmin yang dianggap melakukan dosa besar itu

dianggap tetap mengakui bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad SAW

sebagai rasul-Nya. Dengan kata lain bahwa orang mukmin sekalipun melakukan dosa

besar masih tetap mengucapkan dua kalimat syahadat yang menjadi dasar utama dari

iman. Oleh karena itu orang tersebut masih mukmin, bukan kafir.

Pandangan golongan ini dapat terlihat dari kata Murji'ah itu sendiri yang berasal dari

kata arja'a yang berarti orang yang menangguhkan, mengakhirkan dan memberikan

harapan. Menangguhkan berarti bahwa mereka menunda soal peyiksaan seseorang

ditangan Tuhan, yakni jika Tuhan mau memaafkan ia akan langsung masuk surga.

Sedangkan jika tidak, maka ia akan disiksa sesuai dengan dosanya, setelahnya ia akan

dimasukkan ke surga. Dan mengakhirkkan dimaksudkan karena mereka memandang

bahan perbuatan atau amal sebagai hal yang nomor dua bukan pertama. Selanjutnya,

kata menangguhkan dimaksudkan karena mereka menangguhkan keputusan hukum

bagi orang-orang yang melakukan dosa dihadapan Tuhan.

Golongan Murji'ah berpendapat bahwa yang terpenting dalam kehidupan beragama

adalah aspek iman dan kemudian amal. Jika seseorang masih beriman berarti dia tetap

mukmin, buka kafir meskipun ia melakukan dosa besar. Adapun hukuman bagi dosan

besar itu terserah kepada Tuhan, akan diampuni atau tidak. Pendapat ini menjadi doktrin

ajaran Murji'ah.

 

3. Tokoh Pendiri Aliran Murji'ah

Aliran Murji'ah dalam teologi Islam tidak memiliki satu tokoh pendiri tunggal, melainkan

beberapa tokoh yang berperan dalam perkembangan pemikiran dan doktrinnya. Namun,

Gailan ad-Dimasyqi sering disebut sebagai tokoh yang paling awal membawa paham

Murji'ah. Selain itu, beberapa tokoh lain yang juga berpengaruh dalam perkembangan

aliran ini adalah Abu Hasan Ash-Shalihi, Yunus bin An-Namiri, Ubaid Al-Muktaib, dan

Ghailan Ad-Dimasyqi.

● Tokoh aliran Murji'ah moderat: Abu Dzar Al-Ghiffari, Hasan bin Muhammad bin

Ali bin Abi Thalib, Abu Hanifah, Abu Yusuf, dan beberapa ahli hadis.

● Tokoh aliran Murji'ah ekstrem: Kelompok Jahmiyah pengikut Jaham bin Shafwan.

4. Madzhab Yang Di Anut Aliran Murji’ah

Mazhab Murji’ah merupakan aliran Islam yang lahir dari golongan yang tidak sefaham

dengan Khawarij, sehingga ajarannya bertolak belakang dengan pandangan Khawarij.

Berbeda dengan Khawarij yang mengaitkan iman erat dengan amal, Murji’ah tidak

menganut satu mazhab teologi tunggal, melainkan berkembang menjadi berbagai sekte

awal dengan pandangan yang beragam—mulai dari moderat hingga ekstrem.

Perbedaan ini terutama terlihat dalam penafsiran mereka tentang konsep iman dan

dosa, serta hubungan antara iman dengan amal perbuatan.

5. Pokok - pokok Aliran Murji'ah

Secara garis besar, ajaran-ajaran pokok Murji'ah adalah:

● Pengakuan iman cukup hanya dalam hati. Jadi pengikut golongan ini tak

dituntut membuktikan keimanan dalam perbuatan sehari-hari. Ini

merupakan sesuatu yang janggal dan sulit diterima kalangan Murji'ah itu

sendiri, karena iman dan amal perbuatan dalam Islam merupakan satu

kesatuan yang harus selaras dan berkesinambungan.

● Selama meyakini 2 kalimat syahadat, seorang Muslim yang berdosa besar

tak dihukum kafir. Hukuman terhadap perbuatan manusia ditangguhkan,

artinya hanya Allah yang berhak menjatuhkannya di akhirat.

 

6. Doktrin-doktrin Yang Dianut Aliran Murji'ah

Menurut Harun Nasution menyebutkan, bahwa Murji’ah memiliki empat ajaran

pokok, yaitu:

● Menunda hukuman atas Ali, Mu’awiyah, Amr bin Ash, dan Abu Musa

Al-Asy’ari yang terlibat tahkim dan menyerahkannya kepada Allah di hari

kiamat kelak.● Menyerahkan keputusan kepada Allah atas orang muslim yang berdosa

● Meletakkan (pentingnya) iman

● Memberikan pengharapan kepada muslim yang berdosa besar untuk

memperoleh ampunan dan rahmat

 

7. Sekte-sekte Aliran Murji'ah

Menurut Harun Nasutuion, aliran Murji’ah, terbagi menjadi 2, yakni “golongan

moderat” dan “golongan ekstrim”.

1. Golongan Murji’ah moderat berpendapat bahwa orang yang berdosa

besar bukanlah kafir dan tidak kekal dalam neraka, tetapi akan di hukum

sesuai dengan besar kecilnya dosa

2. Golongan Murji’ah ekstrim, yaitu pengikut Jaham Ibnu Sofwan,

berpendapat bahwa orang Islam yang percaya kepada Tuhan kemudian

menyatakan kekufuran secara lisan, tidaklah menjadi kafir, karena iman

dan kufur tempatnya dalam Golongan ekstrim dalam Murji’ah terbagi

menjadi empat kelompok, yaitu :

Al-Jahmiyah, kelompok Jahmbin Syafwan danp arapengikutnya,

berpandangan bahwa orang yang percaya kepada Tuhan

kemudian menyatakan kekufuran secara lisan, tidaklah menjadi

kafir karena iman dan kufur itu bertempat di dalam hati bukan pada

bagian lain dalam tubuh

Shalihiyah, kelompok Abu Hasan Ash Shalihi, berpendapat bahwa

iman adalah mengetahui Tuhan, sedangkan kufur tidak tahu Tuhan.

Sholat bukan merupakan ibadah kepada Allah, demikian pula

zakat, puasa dan haji bukanlah ibadah

Yumusiah dan Ubaidiyah, melontarkan pernyataan bahwa

melakukan maksiat atau perbuatan jahat tidaklah merusak iman

seseorang. Mati dalam iman, dosa-dosa dan perbuatan jahat yang

dikerjakan tidaklah merugikan orang yang bersangkutan. Dalam hal

ini Muqatil bin Sulaiman berpendapat bahwa perbuatan jahat,

banyak atau sedikit tidak merusak iman seseorang sebagai

musyrik.

Hasaniyah, jika seseorang mengatakan “saya tahu Tuhan melarang

makan babi, tetapi saya tidak tahu apakah babi yang diharamkan

itu adalah kambing ini”, maka orang tersebut tetap mukmin

 

Daftar Pustaka

https://share.google/PCLjlVImE5lwDn2oL 

https://share.google/FPZY7U0vzj7zDIqWT  

https://www.liputan6.com/hot/read/5365991/murjiah-adalah-golongan-dengan-pandanga

n-netral-ketahui-ajaran-pokoknya#:~:text=Gailan%20ad%20Dimasyqi%20dianggap%20

sebagai,dan%20empiris%20dari%20kalangan%20helenis

https://ms.m.wikipedia.org/wiki/Murjiah#:~:text=Mazhab%20Murji'ah%20adalah%20maz

hab,sumbangan%20anda%20amat%20saya%20hargai.&text=Secara%20garis%20bes

ar%2C%20ajaran%2Dajaran,yang%20berhak%20menjatuhkannya%20di%20akhirat

https://share.google/AjovAH5mHM0GWHNJj

https://share.google/iBbcP4enkAlTAIQqL

https://share.google/iBbcP4enkAlTAIQqL

KELOMPOK 4

ALIRAN JABARIYAH

1. Labibah inas Mumtazah (24)

2. Fahra Asifa Aulia Agustina (14 )

3. Intan nur shafira (20)

4. Amanda regia pramita dewi (05)

 

1. Pengertian Aliran

 

 Jabariyah adalah salah satu bentuk pemikiran yang berkembang pada masa Daulah Umayyah, kata Jabariyah diambil dari bahasa arab jabara artinya adalah memaksa dalam arti lain ialah diharuskan melakukan sesuatu. Secara terminology Al-Jabr merupakan perbuatan manusia disandarkan kepada Allah, dan menghilangkan perbuatan manusia.6 Paham ini meyakini bahwa segala perbuatan manusia telah ditentukan oleh Allah SWT,

Ramadhani, H. (2022). Qadariyah Dan Jabariyah: Sejarah Dan Perkembangannya. EDU-RILIGIA: Jurnal Ilmu Pendidikan Islam dan Keagamaan, 4(3).

 

2. Sebab Bentuknya Aliran

A. Pengaruh Agama-agama Asing

Sumber pengaruh utama yang mendorong lahirnya aliran Jabariyah adalah pengaruh agama Yahudi dan Kristen, khususnya ajaran fatalistik yang ditemukan dalam beberapa tradisi mereka. Dalam agama Yahudi, terdapat pengaruh dari paham-paham fatalistik seperti yang dijelaskan dalam kitab-kitab suci mereka yang mengajarkan bahwa segala peristiwa dunia telah ditentukan oleh kehendak Tuhan.Pengaruh dari mazhab Yahudi yang beraliran Qurra dan dari aliran Kristen yang mengajarkan kebebasan yang sangat terbatas bagi manusia terhadap takdir Tuhan, turut memperkuat kecenderungan fatalistik dalam masyarakat Islam pada masa itu.

B. Munculnya Paham Jabariyah dalam Islam

Secara historis, aliran Jabariyah pertama kali dikenalkan oleh Ja’ad bin Dirham, seorang tokoh asal Syam yang dikenal sebagai pemikir awal dari aliran ini. Ja’ad bin Dirham mengajarkan bahwa segala perbuatan manusia sudah ditentukan oleh Tuhan, sehingga manusia tidak memiliki kebebasan dalam memilih tindakannya. Keyakinan ini disebarluaskan lebih lanjut oleh muridnya, Jahm bin Shafwan, yang juga memperkenalkan ajaran ini di wilayah Khurasan dan sekitarnya.Ja’ad bin Dirham yang pada awalnya menjadi guru Marwan bin Muhammad, khalifah dari dinasti Umayyah, akhirnya diusir dan dibunuh oleh penguasa Umayyah karena ajarannya yang kontroversial. Ajaran Ja’ad ini menyatakan bahwa semua perbuatan manusia adalah kehendak Tuhan yang mutlak, dan karena itu tidak ada ruang bagi kehendak manusia untuk mempengaruhi takdir. Jahm bin Shafwan, yang dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam menyebarkan aliran Jabariyah, membawa paham ini ke level yang lebih luas, menjadikannya sebuah aliran yang mendapat perhatian besar dalam diskursus kalam Islam.

C. Aliran Jabariyah dan Dukungan Pemerintah Umayyah

Pada masa dinasti Umayyah, aliran Jabariyah mendapatkan dukungan dari pemerintah, khususnya pada masa pemerintahan Muawiyah bin Abu Sufyan. Muawiyah, yang cenderung mendukung aliran-aliran yang memperkuat otoritas kekuasaan, melihat aliran Jabariyah sebagai ideologi yang dapat membenarkan sistem pemerintahan absolut yang ia jalankan. Paham Jabariyah, dengan menekankan ketundukan mutlak kepada takdir, secara tidak langsung mendukung ideologi pemerintahan yang terpusat dan absolut. Hal ini menyebabkan aliran Jabariyah mendapat ruang yang lebih besar untuk berkembang pada masa pemerintahan Umayyah.

https://an-nur.ac.id/aliran-jabariyah-pengertian-dasar-doktrin-ajaran-dan-aliran

 

3. Tokoh Pendiri Aliran

Ada 3 jenis tokoh dalam penyebaran Jabariyah ini, ada sebagai pencetus, penyebar dan moderat (jalan tengah). Masing-masing dibahas dalam tiap tokohnya yakni sebagai berikut:

* Ja’ad bin Dirham

Ia adalah pencetus paham Jabariyah, Ibnu Katsir berpendapat, asal usul Ja’d bin Dirham ialah dari Khurasan, Persia. Kelahirannya tidak diketahui. Kalau bukan karena bid’ah yang diusungnya, sudah tentu ia tidak menjadi populer. Sejak kecil, tokoh kesesatan ini tumbuh dalam komunitas yang buruk, yaitu Jazirah Furat. Dalam hal ini, Al Harawi mengatakan: “Adapun Ja’d, ia orang Jazari tulen. Penisbatan ini mengacu kepada daerah nama Jazirah, yang terletak antara sungai Dajlah (Trigis) dan Furat (Eufrat), tepatnya di distrik Harran.Ia seorang maula (bukan Arab asli, mantan budak). As Sam’ani, Az Zabidi dan Ibnu Atsir secara jelas menyatakan bahwa ia adalah maula Suwaid bin Ghafiah bin Ausajah Al Ju’fi. Dokrin-dokrinnya adalah : Allah SWT tidak mempunyai sifat yang serupa dengan makhluk, seperti berbicara, melihat, dan mendengar dan Manusia terpaksa oleh Allah dalam segala-galanya

* Jahm bin Shafwan

Ia berasal dari Kurasan, Persia dan meninggal tahun 131 H dalam suatu peperangan dengan Bani Ummayah dan dia dibunuh.  Pendapat-pendapatnya: (1) manusia tidak mampu untuk melakukan apa-apa, karena tidak mempunyai daya kehendak dan pilihan (2) surga dan neraka tidak kekal (3) Iman adalah ma’rifat atau membenarkan dalam hati.dlm kaum murji' ah (4) Allah Maha Suci dari segala sifat dan keserupaan dengan manusia seperti berbicara, mendengar dan melihat. Begitu pula Tuhan tidak dapat dilihat dengan indera mata di akhirat kelak

Imam Sa’duddin At Taftazany menyebutkan golongan ini berpendapat Ia tidak mempunyai kebebasan berkehendak (hurriyatul iradah) dan tidak memiliki kekuasaan untuk berbuat sesuatu.

 * Husain bin Najjar

Nama lengkapnya adalah Husain bin Muhammad An-Najar (wafat 230 H ) pengikutnya disebut An-Najariyah atau Al-Husainiyah. Di antara pendapat-pendapatnya adalah: (1)Allah SWT menciptakan segala perbuatan manusia, tetapi manusia bagian atau peran dalam mewujudkan perbuatan-perbuatan itu. Itulah yang disebut kasab dalam teori Al-Asy’ari. Dengan demikian, manusia dalam pandangan An-Najar tidak lagi seperti wayang yang gerakannya tergantung pada dalang, sebab tenaga yang diciptakan Tuhan dalam diri manusia mempunyai efek untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya. (2)Allah SWT tidak dapat dilihat di akhirat. Akan tetapi, An-Najjar menyatakan bahwa Tuhan dapat saja memindahkan potensi hati (ma’rifat) pada mata sehingga manusia dapat melihat Tuhan

* Dhirar bin Amru

Pendapatnya tentang perbuatan manusia sama dengan An-Najjar, yakni bahwa manusia tidak hanya merupakan wayang yang digerakan dalang. Manusia mempunyai bagian dalam perwujudan perbuatannya dan tidak semata-mata dipaksa dalam melakukan perbuatannya.Secara tegas, Dirrar mengatakan bahwa satu perbuatan dapat ditimbulkan oleh dua pelaku secara bersamaan, artinya perbuatan manusia tidak hanya berperan dalam mewujudkan perbuatan-perbuatannya.Mengenai ru’yat Allah SWT di akhirat, Dirrar mengatakan bahwa Allah dapat dilihat di akhirat melalui indera keenam. Ia juga berpendapat bahwa hujjah yang dapat diterima setelah Nabi adalah ijtihad. Hadis ahad tidak dapat dijadikan sumber dalam menetapkan hukum.

Sumber: Rhobiatul Adawiyah, Qadha Dan Qadr Menurut Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, Jabariyah, Qadariyah, 2019

https://an-nur.ac.id/qadha-dan-qadr-menurut-jabariyah/

 

4. Mazhab yang Dianut Aliran

Mazhab yang dianut oleh aliran Jabariyah umumnya berkaitan dengan pemikiran teologi (kalam) pada masa awal Islam, bukan mazhab fikih seperti Hanafi, Maliki, Syafi’i, atau Hanbali.

Secara historis, Jabariyah berkembang pada masa Daulah Umayyah dan dipengaruhi oleh Mazhab Murji’ah dalam aspek politik, tetapi dalam masalah akidah mereka lebih dekat kepada fatalisme mutlak.

Mazhab yang dianut Aliran Jabariyah

1. Mazhab Teologi

Jabariyah tidak termasuk dalam empat mazhab fikih, tetapi masuk dalam mazhab teologi fatalis yang meyakini bahwa semua perbuatan manusia telah ditentukan Allah, dan manusia tidak memiliki kehendak bebas.

Dalam ilmu kalam, aliran ini dikaitkan dengan pandangan Jahm bin Shafwan yang sering disebut Jahmiyah (cabang ekstrem dari Jabariyah).

2. Keterkaitan dengan Murji’ah

Dalam beberapa sumber sejarah, Jabariyah memiliki kedekatan dengan Murji’ah karena sama-sama menekankan bahwa iman cukup di hati, dan amal tidak mempengaruhi keselamatan akhirat.

Namun, Murji’ah lebih moderat, sedangkan Jabariyah murni fatalis.

3. Konteks Mazhab

Tidak ada hubungan resmi dengan mazhab fikih, karena Jabariyah adalah aliran akidah, bukan hukum fikih.

Pengaruhnya lebih terasa pada perdebatan teologi di kalangan Ahlul Kalam.

Sumber:

Al-Syahrastani, Al-Milal wa al-Nihal, Beirut: Dar al-Ma’rifah.

Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta: UI Press.

Ahmad Amin, Dhuha al-Islam, Kairo: Maktabah al-Nahdah al-Misriyah.

 

5. Pokok-Pokok Aliran

Pokok Pemikiran Aliran Jabariyah sebagai berikut:

1.Tuhan Allah tidak sifat, ia berkuasa, berkata dan mendengar dengan zatnya(Abbas, S,1998).

2.Mukmin yang mengerjakan dosa besar dan mati sebelum taubat, maka pasti ia masuk neraka.

3.Tuhan tidak bisa dilihat dengan mata kepala walaupun dalam surga.

4.Perbuatan manusia adalah ciptaan Allah, akan tetapi manusialah mempunyai bahagian dalam melakukan  perbuatannya.  Artinya  manusia  itu  tidak  seperti  benda  mati,  melainkan  tetap mempunyai  peran  aktif  dalam  perbuatannya.  Perbuatan  manusia  diciptakan  oleh  Tuhandan diperoleh manusia. Tuhan sebagai yang mencipta (khalik) dan manusia sebagai yang memperoleh muktasib.  Jadi  pada  dasarnya,  manusia  mempunyai  daya  dan  kehendak  yang  efektif  dalam perbuatannya.  Suatu  perbuatan  diwujudkanolehdua  pelaku,  Tuhan  dan  manusia.  Dengan demikian, manusia itu tidak serba terpaksa dalam perbuatannya, tetapi ia masih mempunyai andil dan hak memilih untuk melakukan perbuatannya(Hevelia Ramadhani,2020).

5.Tuhanlah yang menciptakan perbuatan positif dan perbuatan negatif. Tetapi dalam melakukan perbuatan itu manusia mempunyai bagian. Daya yang diciptakan dalam diri manusia oleh Tuhan, mempunyai efek, sehingga manusia mampu melakukan perbuatan itu. Daya itu kemudian disebut kasab(acguisition)(Amin, A,1972).Sedangkan pokok pemikiran Aliran

 sumber :https://jurnal.pcmkramatjati.or.id/index.php/JIPMUKJT/index

 

6. Doktrin-Doktrin yang Dianut Aliran

Doktrin-Doktrin Aliran Jabariyah

1. Semua perbuatan manusia sudah ditentukan Allah sejak azali

-Tidak ada satu pun tindakan manusia yang terjadi di luar ketentuan Allah.

2. Manusia tidak memiliki kebebasan memilih (tidak ada free will)

-Segala pilihan hanyalah ilusi, karena hasilnya sudah ditetapkan.

3. Perbuatan manusia bukan ciptaan manusia sendiri

-Baik amal saleh maupun maksiat adalah ciptaan Allah.

4. Manusia hanyalah pelaksana skenario takdir

-Seperti aktor yang membaca naskah yang sudah ditulis.

5. Usaha manusia tidak memengaruhi hasil

-Ikhtiar dilakukan, tapi hasilnya tidak ditentukan oleh usaha itu.

6. Pahala dan dosa sepenuhnya hak Allah

-Allah dapat memberi pahala pada orang berdosa dan memberi dosa pada orang taat jika Ia kehendaki.

7. Iman cukup di hati tanpa amal

-Keyakinan batin sudah dianggap iman meski tidak ada perbuatan yang mendukungnya.

8. Ketaatan dan kemaksiatan sama-sama ciptaan Allah

-Tidak ada perbuatan yang lahir tanpa kehendak Allah.

9. Menolak konsep qadar yang memberi ruang bagi pilihan manusia

-Semua qadar murni datang dari Allah tanpa kontribusi manusia.

10. Manusia diibaratkan benda mati

-Seperti bulu tertiup angin atau wayang digerakkan dalang.

11. Manusia tidak memikul tanggung jawab penuh

-Karena semua sudah ditentukan, manusia tidak sepenuhnya dipuji atau disalahkan.

12. Semua kejadian murni berasal dari kehendak Allah

-Hukum sebab-akibat dianggap tidak mutlak.

13. Allah berkuasa mutlak tanpa campur tangan makhluk

-Tidak ada satu pun makhluk yang bisa memengaruhi keputusan-Nya.

14. Masa depan manusia sudah tetap dan tidak bisa diubah

-Doa dan usaha tidak mengubah takdir yang telah ditulis.

15. Menolak anggapan bahwa manusia menciptakan amalnya sendiri

-Semua amal adalah kreasi Allah yang dititipkan pada manusia.

16. Semua musibah, nikmat, dan peristiwa baik-buruk tidak dapat dihindari

-Karena semuanya bagian dari rencana Allah.

17. Perbuatan manusia hanya bersifat majazi (kiasan)

-Disebut “perbuatan manusia” hanya secara bahasa, hakikatnya milik Allah.

18. Hukum syariat tetap berlaku, tetapi tidak memengaruhi takdir

-Manusia tetap diperintah untuk taat, meski taat itu tidak menentukan hasil akhir.

19. Segala kejadian adalah manifestasi kehendak Allah yang mutlak

-Tidak ada ruang bagi campur tangan makhluk dalam menentukan hasil hidupnya.

20. Kebahagiaan dan kesengsaraan sudah ditentukan sebelum manusia lahir

-Tidak ada cara untuk mengubah nasib akhir seseorang.

21. Amal perbuatan hanyalah sarana formalitas

-Tujuannya sekadar menjalankan perintah, bukan untuk mengubah takdir.

22. Allah tidak wajib berlaku adil menurut standar manusia

-Karena kekuasaan-Nya mutlak, apa yang Allah lakukan selalu benar menurut-Nya.

23. Pujian dan celaan hanyalah simbolik

-Karena manusia tidak mengendalikan amalnya sendiri.

24. Manusia tidak memiliki daya dan kekuatan sedikit pun

-Semua daya berasal dari Allah (“La hawla wa la quwwata illa billah” ditafsirkan secara literal dan total).

25. Seluruh kejadian sudah lengkap catatannya di Lauh Mahfuz

-Tidak ada perubahan atau penambahan pada catatan itu.

1. Harun Nasution – Teologi Islam: Aliran-aliran, Sejarah, Analisa Perbandingan

→ Bagian tentang Jabariyah ekstrem (Jahm bin Shafwan) yang menganggap manusia seperti benda mati, semua amal ciptaan Allah, ikhtiar tidak berpengaruh, dan pahala-dosa sepenuhnya hak Allah.

2. Buku Akidah & Ilmu Kalam (karya Ahmad Daudy, Abu Zahrah, atau Ismail Raji al-Faruqi)

→ membahas poin-poin seperti takdir di Lauh Mahfuz, manusia tidak punya free will, dan semua amal bersifat majazi.

3. Ringkasan artikel atau makalah daring

→  dari bacaanmadani.com, attarbiyah.iainsalatiga.ac.id, atau jurnal.pcmkramatjati.or.id yang merinci doktrin menjadi banyak butir

 

7. Sekte-Sekte Aliran

Menurut Syahrastani, terdapat tiga golongan dalam Jabariyah", yaitu:

A. Jahmiyah

Jahmiyah adalah sekte para pengikut Jahm bin Sofwan, salah seotrang yang paling berjasa besar dalam mengembangkan aliran Jabariyah. Ajaran Jahmiyah yang terpenting adalah al Bari Ta'ala (Allah SWT Tuhan Maha Pencipta lagi Maha Tinggi) Allah SWT tidak boleh disifatkan dengan sifat yang dimiliki makhluk-Nya, seperti sifat hidup (hay) dan mengetahui ("alim), karena penyifatan seperti itu mengandung pengertian penyerupaan Tuhan dengan makhluk-Nya, padahal penyerupaan seperti itu tidak mungkin terjadi.

B. Najjariyah

Sekte ini dipimpin oleh Al Husain bin Muhammad an Najjar (w. 230 H /845 M). Ajaran yang dikemukakan bahwa Allah memiliki kehendak terhadap diri-Nya sendiri, sebagaimana Allah mengetahui diri-Nya. Tuhan menghendaki kebaikan dan kejelekan, sebagaimana ia menghendaki manfaat dan mudzarat.

C. Dirariyah

Sekte ini dipimpin oleh Dirar bin Amr dan Hafs al Fard. Kedua pemimpin tersebut sepakat meniadakan sifat-sifat Tuhan dan keduanya juga berpendirian bahwa Allah SWT itu Maha Mengetahui dan Maha Kuasa, dalam pengertian bahwa Allah itu tidak jabil (bodoh) dan tidak pula "ajiz (lemah).

Dari ketiga golongan ini, syahrastani mengklarifikasikan menjadi dua bagian besar. Pertama, Jabariyah murni yang berpendapat bahwa baik tindakan maupun kemampuan manusia melakukan seutu kemauan atau perbuatannya tidak efektif

sumber : https://id.scribd.com/presentation/536610422/Sekte-Jabariyah-Dan-Qadariyah

 

** DAFTAR PUSTAKA**

 

Abbas, S. (1998). Pemikiran Kalam dan Filsafat Islam. Jakarta: [Nama Penerbit].

Amin, A. (1972). Etika Ilmu Kalam. Jakarta: [Nama Penerbit].

Harun Nasution. (1986). Teologi Islam: Aliran-aliran, Sejarah, Analisa Perbandingan. Jakarta: UI Press.

Al-Syahrastani, Al-Milal wa al-Nihal, Beirut: Dar al-Ma’rifah.

Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta: UI Press.

Ahmad Amin, Dhuha al-Islam, Kairo: Maktabah al-Nahdah al-Misriyah.

Ramadhani, H. (2022). Qadariyah Dan Jabariyah: Sejarah Dan Perkembangannya. EDU-RILIGIA: Jurnal Ilmu Pendidikan Islam dan Keagamaan, 4(3).

Rhobiatul Adawiyah. (2019). Qadha Dan Qadr Menurut Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, Jabariyah, Qadariyah. Diakses dari https://an-nur.ac.id/qadha-dan-qadr-menurut-jabariyah/

Hevelia Ramadhani. (2020). Pemikiran Teologi Islam. [Tempat Terbit]: [Nama Penerbit].

Syahrastani. (tanpa tahun). Al-Milal wa al-Nihal. [Tempat Terbit]: [Nama Penerbit].

Sumber daring:

https://an-nur.ac.id/aliran-jabariyah-pengertian-dasar-doktrin-ajaran-dan-aliran

https://jurnal.pcmkramatjati.or.id/index.php/JIPMUKJT/index

https://id.scribd.com/presentation/536610422/Sekte-Jabariyah-Dan-Qadariyah

 

KELOMPOK 5

ALIRAN QODARIYAH

NAMA ANGGOTA KELOMPOK

1. Azzahra Laras K (07)

2. Latif Alkhusni (25)

3. Nazfa Aulia (28)

4. Ridwan Ilham S (33)

 

 

•Pengertian Aliran Qadariyah

   Pengertian Qadariyah secara etomologi, berasal dari bahasa Arab, yaitu qadara yang bemakna kemampuan dan kekuatan. Adapun secara terminologi adalah suatu aliran yang percaya bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi oleh Allah. Aliran ini lebih menekankan atas kebebasan dan kekuatan manusia dalam mewu- judkan perbutan-perbutannya. Aliran Qadariyah berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi segala perbuatannya, ia dapat berbuat sesuatu atau me- ninggalkannya atas kehendaknya sendiri.

 

•Sebab Terbentuknya Aliran Qadariyah

Aliran Qadariyah merupakan salah satu aliran teologi tertua dalam Islam. Kemunculan aliran qadariyah sendiri tidak semata-mata hanya karena dinamika pemikiran dalam Islam saja, akan tetapi juga disebabkan oleh gejolak politik yang ada pada masa Dinasti Umayyah I yaitu pada tahun 661 hingga 750 M.

Beberapa pemikiran dari aliran qadariyah seperti manusia memiliki kehendak bebas atau free will membuat aliran tersebut bertentangan dengan aliran jabariyah. Di mana pokok pemikiran tersebut pula yang menyebabkan aliran qadariyah sebagai ideologi serta sekte bidah.

 

•Tokoh Pendiri Aliran Qadariyah

Pendiri aliran Qadariyah adalah Ma'bad Al-Juhani dan Ghailan Ad-Dimasyqi. Mereka berdua adalah tokoh utama yang menyebarkan paham Qadariyah pada abad pertama Hijriah.

Ma'bad Al-Juhani:

Ia adalah seorang ulama yang berasal dari Bashrah, Irak. Ia dikenal sebagai salah satu tokoh pertama yang mengembangkan pemikiran Qadariyah, yang menekankan pada kebebasan manusia dalam berkehendak dan bertanggung jawab atas perbuatannya.

Ghailan Ad-Dimasyqi:

Ia adalah murid dari Ma'bad Al-Juhani dan melanjutkan penyebaran paham Qadariyah, khususnya di wilayah Damaskus. Ghailan dikenal sebagai orator dan ahli debat yang handal.

Paham Qadariyah yang mereka ajarkan menekankan bahwa manusia memiliki kehendak bebas dan bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri, bukan sepenuhnya ditentukan oleh takdir Allah. Pemikiran ini sempat menimbulkan kontroversi dan mendapatkan pertentangan dari beberapa penguasa saat itu.

 

•Pokok-pokok Aliran Qadariyah

1. Melawan kezaliman-kezaliman dengan tangannya sendiri

Aliran qadariyah memiliki pandangan, bahwa manusia memiliki tanggung jawab untuk menegakan kebenaran serta melawan kezaliman dengan tangannya masing-masing. Paham ini, memiliki keyakinan bahwa Allah telah memberikan daya serta kekuatan pada manusia untuk melawan kezaliman.

Apabila tidak melawan kezaliman tersebut, maka manusia telah berdosa. Sebab, ia telah melanggar perintah Allah. Perintah untuk melawan kezaliman itu pula, digambarkan dalam salah satu sabda Rasul, berikut ini.

‘Barang siapa yang melihat kemungkaran, maka lawanlah kemungkaran dengan tangannya. Apabila ia tidak sanggup, maka dengan lisannya. Apabila tak sanggup pula, maka dengan hatinya dan itu adalah selemah-lemahnya iman.’ (HR. Muslim).

Karena paham tersebutlah, pengikut dari aliran qadariyah menjadi oposisi bagi kebijakan di Dinasti Umayyah yang menilai bahwa kebijakan di Dinasti Umayyah, telah melampaui batas-batas syariat. Sehingga, pada masa tersebut beberapa tokoh dari aliran qadariyah pun dipenjara oleh para penguasa Dinasti Umayyah.

 

2. Keadilan dari Allah berasal dari kehendak bebas

Pokok pikiran kedua dari aliran qadariyah adalah, manusia diciptakan oleh Allah dengan kehendak yang bebas. Oleh karena itu, manusia memiliki kemampuan yang mandiri untuk dapat memutuskan perbuatan apa yang akan dilakukan.

Pemikiran dari aliran qadariyah tersebut, didasari oleh alasan bahwa Allah, telah memberikan pilihan pada manusia untuk melakukan kebaikan serta keburukan, beriman maupun menetap pada kekafiran. Oleh karena itu, manusia akan dihakimi, diberikan pahala maupun diganjar atau dosa sesuai pilihannya sendiri

•Doktrin-doktrin yang dianut Aliran Qadariyah

Menurut Dr. Ahmad Amin dalam kitabnya Fajrul Islam, menyebut pokok-pokok ajaran qadariyah sebagai berikut :

 

1. Orang yang berdosa besar itu bukanlah kafir, dan bukanlah mukmin, tapi fasik dan orang fasik itu masuk neraka

2. Allah Tidak menciptakan amal perbuatan manusia, melainkan manusia lah yang menciptakannyadan karena itulah maka manusia akan menerima pembalasan baik (surga) atas segala amal baiknya, dan menerima balasan buruk (siksa Neraka) atas segala amal perbuatannya yang salah dan dosa karena itu pula, maka Allah berhak disebut adil.

3. Kaum Qadariyah mengatakan bahwa Allah itu Maha Esa atau Satu dalam arti bahwa Allah tidak memiliki sifat-sifat azali, seprti ilmu, kudrat, hayat, mendengar dan melihat yang bukan dengan zat nya sendiri. Menurut mereka Allah SWT, itu mengetahui, berkuasa, hidup, mendengar, dan meilahat dengan zatnya

4. Kaum Qadariyah berpendapat bahwa akal manusia mampu mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, walaupun Allah tidak menurunkan agama. Sebab, katanya segala sesuatu ada yang memiliki sifat yang menyebabkan baik atau buruk.

•Sekte-sekte Aliran Qadariyah

Sesungguhnya aliran Qadariyah terpecah-pecah menjadi golongan yang banyak, tidak ada yang mengetahui jumlahnya kecuali Allah, setiap golongan membuat madzhab (ajaran) tersendiri dan kemudian memisahkan diri dari golongan yang sebelumnya. Namun, tetap saja hal ini berujung dan bersumber pada tiga pemahaman:

 

• Golongan Qadariyah yang pertama adalah mereka yang mengetahui qadha dan qadar serta mengakui bahwa hal itu selaras dengan perintah dan larangan, mereka berkata jika Allah berkehendak, tentu kami dan bapak-bapak kami tidak mempersekutukan-Nya, dan kami tidak mengharamkan apapun

• Qadariyah majusiah, adalah mereka yang menjadikan Allah berserikat dalam penciptaan-penciptaan-Nya, sebagai mana golongan-golongan pertama menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah dalam beribadat kepadanya, sesungguhnya dosa-dosa yangterjadi pada seseorang bukanlah menurut kehendak Allah, kadang kala merekaberkata Allah juga tidak mengetahuinya.

• Qadariyah Iblisiyah, mereka membenarkan bahwa Alah merupakan sumber terjadinya kedua perkara (pahala dan dosa) Adapun yang menjadikan kelebihan dari paham ini membuat manusia menjadi kreatif dan dinamis, tidak mudah putus asa, ingin maju dan berkembang sesuai dengan tuntutan zaman, namun demikian mengeliminasi kekuasaan Allah juga tidak dapat dibenarkan oleh paham lainnya (Ahlussunah wal jamaah).

 

 

•Daftar Pustaka

• https://an-nur.ac.id/aliran-qadariyah-pengertian-dasar-dan-doktrin-ajaran/

• https://www.gramedia.com/literasi/aliran-qadariyah/

• https://id.scribd.com/document/536610001/Sekte-Jabariyah-Dan-Qadariyah

 

 

 

 

KELOMPOK 6

ALIRAN MUKTAZILAH

Anggota kelompok:

1. Rani fahmawati a.

2. Safira lintang

3. Almaira haya m.

4. Daffa zaidan al.

 

•PENGERTIAN  MUKTAZILAH

Aliran Mu’tazilah merupakan salah satu mazhab teologi yang berkembang pesat pada abad ke-8 di dunia Islam, dengan pendekatan rasionalis yang sangat berbeda dari aliran-aliran lainnya.

Nama Mu’tazilah sendiri berasal dari kata Arab “iʿtazala” yang berarti “memisahkan diri”, merujuk pada sikap netral kelompok ini dalam peristiwa politik yang terjadi setelah pembunuhan Khalifah Utsman.

Pada perkembangannya, Mu’tazilah menjadi sebuah aliran teologi yang berfokus pada penggunaan akal untuk memahami konsep-konsep agama, khususnya yang berkaitan dengan keadilan Tuhan, kebebasan manusia, dan sifat-sifat Allah.

Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi secara mendalam ajaran-ajaran utama Mu’tazilah, tokoh-tokoh penting, serta dampak dan pengaruhnya dalam sejarah intelektual Islam.

 

•SEBAB TERBENTUKNYA ALIRAN

Aliran Mu'tazilah muncul karena adanya perbedaan pendapat mengenai masalah teologis, khususnya tentang status pelaku dosa besar, dan bagaimana akal (rasio) berperan dalam memahami ajaran agama. Washil bin Atha, murid Hasan al-Bashri, memisahkan diri dari gurunya setelah berbeda pendapat mengenai pelaku dosa besar, yang kemudian menjadi cikal bakal aliran Mu'tazilah.

Berikut adalah beberapa faktor yang melatarbelakangi kemunculan Mu'tazilah:

1. Peristiwa Tahkim dan Perpecahan Politik:

Peristiwa-peristiwa seperti pembunuhan Khalifah Utsman dan perselisihan antara Ali dan Mu'awiyah memicu perdebatan tentang kepemimpinan dan keadilan dalam Islam.

2. Perdebatan Teologis:

Mu'tazilah muncul dari diskusi mengenai status pelaku dosa besar. Washil bin Atha' berpendapat bahwa pelaku dosa besar tidak bisa disebut mukmin, juga tidak bisa disebut kafir, tetapi berada di antara keduanya. Pendapat ini berbeda dengan pandangan mayoritas ulama pada saat itu.

3. Pengaruh Rasionalisme:

Mu'tazilah menekankan penggunaan akal (rasio) dalam memahami ajaran agama. Mereka berusaha menafsirkan wahyu dengan pendekatan rasional dan filosofis.

4. Dukungan dari Penguasa:

Aliran Mu'tazilah sempat mendapatkan dukungan dari beberapa khalifah Abbasiyah, terutama al-Ma'mun, yang menjadikan Mu'tazilah sebagai ajaran resmi negara.

Dengan demikian, kemunculan Mu'tazilah merupakan hasil dari perpaduan antara isu-isu politik, perdebatan teologis, dan pengaruh rasionalisme dalam memahami agama.

 

•TOKOH PENDIRI

Pendiri aliran Mu'tazilah adalah Washil bin Atha'. Ia dikenal sebagai orang yang pertama kali memisahkan diri dari majelis gurunya, Hasan al-Bashri, karena perbedaan pendapat mengenai status pelaku dosa besar. Peristiwa ini menjadi awal mula munculnya aliran Mu'tazilah.

Washil bin Atha' lahir di Madinah dan kemudian menetap di Basrah, Irak. Ia dikenal sebagai seorang pemikir yang kritis dan berani mengemukakan pendapat yang berbeda dengan gurunya, Hasan al-Bashri. Perbedaan pendapat ini terutama terkait dengan masalah pelaku dosa besar, di mana Washil berpendapat bahwa mereka berada pada posisi "di antara dua posisi" (manzilah bayna manzilatain), bukan mukmin maupun kafir.

Karena pemikirannya inilah, Washil bin Atha' kemudian dikenal sebagai pendiri aliran Mu'tazilah, dan diberi gelar "Syaikh al-Mu'tazilah wa Qadimuha" (pemimpin dan orang tertua dalam Mu'tazilah) oleh para pengikutnya.

 

•POKOK ALIRAN

Keesaan (tauhid)

tauhid adalah dasar akidah islam yang pokok dan paling utama. Sebenarnya tauhid int bukanlah cipliran muktazilah. Tetapi karena mereka menafsirkan dan mempertahankannya sekedemian rupa, maka mereka dipertalikan dengan prinsip keesaan" itu, terkenal sebagai ahli tauhid.

Al'adil (keadilan)

Menurut aliran Mu'tazilah, dasar keadilan itu ialah meletakkan per-tanggungan jawab

manusia atas segala perbuatannya.

 Al-Wa'ad wal wa'id (janji dan ancaman).

Janji dan ancaman adalah merupakan kelanjutan dari prinsip keadilan yang menurut Nu'tazilah harus ada pada Tuhan. Mereka yakin bahwa janji Tuhan akan memberikan pahala atau syorда, dan ancamannya akan menjatuh kan siksa atau neraka seperti yang disebutkan dalam Al Qur'an.

Amar ma'ruf nahi munkar.

Perinsip ini sebenarnya bukanlah lapangan kepercayaan dan tauhid. tetapi lebih banyak

bertalian dengan amalan lahir dan Lapangan fiqih

•DOKRIN MUKTAZILAH

Aliran Mu'tazilah memiliki lima doktrin utama yang dikenal sebagai al-Ushul al-Khamsah. Kelima doktrin ini adalah: al-Tauhid (keesaan Allah), al-'Adl (keadilan Allah), al-Wa'd wa al-Wa'id (janji dan ancaman), al-Manzilah bain al-Manzilatain (posisi di antara dua posisi), dan al-Amr bi al-Ma'ruf wa al-Nahy 'an al-Munkar (menyeru kepada yang ma'ruf dan mencegah yang munkar).

Berikut penjelasan singkat mengenai kelima doktrin tersebut:

1. Al-Tauhid (Keesaan Allah):

Mu'tazilah menekankan bahwa Allah itu satu dan tidak ada yang menyamai-Nya. Mereka menolak konsep sifat-sifat Allah yang dianggap dapat mengurangi kemutlakan keesaan-Nya.

2. Al-'Adl (Keadilan Allah):

Doktrin ini menekankan bahwa Allah Maha Adil dan tidak mungkin melakukan perbuatan zalim. Mu'tazilah berpendapat bahwa manusia memiliki kehendak bebas untuk melakukan perbuatan baik atau buruk, dan Allah akan memberikan balasan sesuai dengan perbuatan mereka.

3. Al-Wa'd wa al-Wa'id (Janji dan Ancaman):

Ajaran ini menekankan bahwa Allah akan menepati janji-Nya untuk memberikan pahala bagi orang yang berbuat baik dan ancaman-Nya untuk memberikan siksa bagi orang yang berbuat buruk.

4. Al-Manzilah bain al-Manzilatain (Posisi di Antara Dua Posisi):

Doktrin ini dicetuskan oleh Wasil bin Atha' dan menyatakan bahwa seorang Muslim yang melakukan dosa besar tidak bisa dianggap sebagai mukmin sejati atau kafir, melainkan berada dalam posisi di antara keduanya (fasik).

5. Al-Amr bi al-Ma'ruf wa al-Nahy 'an al-Munkar (Menyeru kepada yang Ma'ruf dan Mencegah yang Munkar):

Doktrin ini mengajarkan pentingnya amar makruf nahi munkar, yaitu mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Mu'tazilah menekankan bahwa setiap Muslim memiliki kewajiban untuk menyebarkan kebaikan dan mencegah kemungkaran di masyarakat.

 

•REFERENSI

· https://an-nur.ac.id/aliran-mutazilah-pengertian-dan-doktrin-ajaran/

· https://www.kompasiana.com/jausiilyas7424/5bac8bfa677ffb6f1e4bc885/sejarah-munculnya-aliran-mu-tazilah 

· https://fawaidkangaswad.id/2024/11/08/mengenal-sekte-mutazilah-1/

· https://digilib.uin-suka.ac.id/28009/2/RUSMAN%20HASIBUAN%20-%20POKOK-POKOK%20PEMIKIRAN%20MU%27TAZILAH.pdf

· https://journal.pancabudi.ac.id/index.php/alhadi/article/download/149/131/284#:~:text=2)%20Mereka%20menafikan%20(meniadakan),2000%2C%20hal%2078%2D79

KELOMPOK 7

ALIRAN ASYARIYAH

NAMA ANGGOTA :

Ahmad Risqullah Fatwa Alim XI F1 /1

Akhdan Mufid N.H X1F1 /3

Kenza Aqya Azumi XIF1 /23

Salsabilla Az zahra XIF1 /35

1.Pengertian aliran Asyariah :

Aliran Asy’ariyah merupakan salah satu alairan ilmu kalam yang banyak dilakukan studi oleh para akademisi. Aliran Asy’ariyah didirikan oleh Abu Hasan Al-Asy’ari menjadi salah satu cikal bakal lahirnya aliran ASWAJA atau ahlu sunnah waljama’ah. Selain itu, aliran asy’ariyah memliki banyak pengikut dari kalangan Islam di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aliran asy’ariyah dalam kajian historis, pengaruh dan ajaran pokoknya. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kajian pustaka (library research). Teknik pengumpulan data berasal dari menelaah sumber referensi yang berasal dari penelitian yang relevan yang berupa artikel, buku dan sebagainya. Teknik analisis data dengan mengumpulkan, menganalisis dan menarik sebuah kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa aliran asy ’ ariyah menjadi sebuah aliran yang menjadi embrio lahir aliran ahl Al-Sunnah Waljama’ah yang menjadi suatu aliran para sejak Nabi Muhammad Saw sampai pada para sahabat. Aliran Asy’ariyah merupakan suatu reaksi terhadap  aliran muktazilah dan ajaran pokok dalam aliran ini terdiri dari zat dan sifat-sifat Tuhan, kebebesan dalam berkehendak, akal dan wahyu, kebaikan dan keburukan serta qadimnya kalam Allah SWT, Wujud Allah, keadilan, dan kebaruan alam dan kedudukan orang yang berbuat dosa.

 

2.Sebab terbentuknya aliran Asyariah

Aliran Asy'ariyah muncul sebagai reaksi terhadap aliran Mu'tazilah yang terlalu mengutamakan akal dalam memahami agama. Abu al-Hasan al-Asy'ari, pendiri aliran ini, berpendapat bahwa Mu'tazilah terlalu jauh dalam menggunakan akal dan filsafat, sehingga mengabaikan nash (Al-Qur'an dan Hadis). Asy'ariyah kemudian berusaha menyeimbangkan penggunaan akal dan nash dalam memahami ajaran agama.

 

3.Tokoh pendiri aliran Asyariah

Pendiri aliran Asy'ariyah adalah Abu Hasan Al-Asy'ari. Beliau adalah seorang  tokoh teologi Islam yang hidup pada abad ke-9 dan ke-10 Masehi. Abu Hasan Al-Asy'ari dikenal karena mengembangkan aliran ini sebagai respons terhadap paham Mu'tazilah, yang lebih menekankan penggunaan akal dalam memahami ajaran agama. Asy'ariyah kemudian menjadi salah satu aliran utama dalam teologi Islam, terutama di kalangan Ahlussunnah wal Jama'ah.

Beberapa hal yang menjadi pokok ajaran Asy'ariyah antara lain:

· Sifat-sifat Allah yang azali, qadim, dan berdiri di atas zat Allah.

· Al-Qur'an adalah kalam Allah yang qadim, bukan makhluk ciptaan.

· Manusia memiliki kehendak bebas, tetapi perbuatan manusia pada akhirnya diciptakan

oleh Allah.

· Melihat Allah dengan mata di akhirat kelak.

 

4.Mahzab yang di anut aliran Asyariah

Aliran Asy'ariyah, sebuah aliran teologi dalam Islam, mengikuti mazhab yang dibangun oleh Abu al-Hasan al-Asy'ari. Aliran ini dikenal sebagai salah satu dari dua mazhab utama dalam teologi Ahlussunnah wal Jama'ah, bersama dengan Maturidiyah. Asy'ariyah menekankan keseimbangan antara penggunaan akal (rasio) dan dalil-dalil naqli (Al-Qur'an dan hadis) dalam memahami ajaran agama.

Pentingnya Asy'ariyah dalam Ahlussunnah wal Jama'ah:

Asy'ariyah menjadi salah satu pilar utama dalam teologi Sunni, diikuti oleh mayoritas ulama dan

umat Islam.

Aliran ini muncul sebagai respons terhadap paham Mu'tazilah yang cenderung terlalu mengandalkan akal.

Asy'ariyah berupaya menyatukan antara pendekatan tekstual dan rasional dalam memahami ajaran Islam.

Banyak ulama besar, seperti Imam al-Ghazali, mengikuti dan mendukung pemikiran al-Asy'ari.

 

5.Pokok pokok aliran Asyariah

-Sifat Tuhan

Pandangan al-Asy’ari tentang sifat Tuhan terletak di tengah-tengah antara Mu’tazilah

dan Mujassimah. Mu’tazilah tidak mengakui sifat wujud, qidam, baqa’ dan wahdaniah (ke-Esaan) dan sifat-sifat yang lain, seperti sama’, bashar dan lain-lain.Golongan Mujassimah mempersamakan sifat-sifat Tuhan dengan sifat-sifat makhluk. Al-Asy’ari mengakui adanya sifat-sifat Allah sesuai dengan Zat Allah sendiri namun sama sekali tidak menyerupai sifat-sifat makhluk.Jadi, Allah mendengar tetapi tidak seperti manusia mendengar, Allah dapat melihat tetapi tidak seperti penglihatan manusia, dan seterusnya. Kekuasaan Tuhan dan perbuatan manusiaPendapat al-Asy’ari dalam soal ini juga di tengah-tengah antara Jabariyah dan Mu’tazilah. Menurut Mu’tazilah, bahwa manusia itulah yang mengerjakan perbuatannya dengan suatu kekuasaan yang diberikan Allah kepadanya.Menurut aliran Jabariyah, manusia tidak berkuasa mengadakan atau menciptakan sesuatu, tidak memperoleh (kasb) sesuatu bahkan ia laksana bulu yang bergerak kian kemari menurut arah angin yang meniupnya.Al-Asy’ari mengatakan bahwa manusia tidak berkuasa menciptakan sesuatu, tetapi berkuasa karena memperoleh (kasb) dari Allah.

Keadilan Tuhan Menurut Al-Asy’ari, Tuhan tidak mempunyai kewajiban apapun untuk menentukan tempat manusia di akhirat. Sebab semua itu marupakan kehendak mutlak

Tuhan sebab Tuhan Maha Kuasa atas segalanya. Melihat Tuhan di akhiraMenurut Mu’tazilah, Tuhan tidak dapat dilihat dengan mata kepala di akhirat nanti, walaupun di surga. Paham ini berlawanan dengan paham Asy’ariyah yang berpendapat bahwa Tuhan akan dilihat oleh penduduk surga oleh hamba-hambanya yang saleh yang banyak mengenal Tuhan ketika hidup di dunia, Allah Swt. berfirman dalam QS. al-Qiyā mah (75) : 22-23 sebagai berikut:Artinya: Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. kepada Tuhannyalah mereka melihat. (QS. Al-Qiyā mah [75] : 22-23)Berdasarkan ayat tersebut, Abu Hasan al-Asy’ari berpendapat bahwa ketika orang mukmin dimasukkan ke surga, maka wajah mereka berseri-seri

karena kegembiraannya. Dan kegembiraan yang paling tinggi adalah ketika

mereka melihat Tuhan.Secara akliyah, setiap yang ada/wujud dapat dilihat,

Tuhan itu ada maka bisa dilihat. Adapun tentang bagaimana cara-caranya

penghuni surga melihat Tuhan, maka diserahkan kepada Tuhan.

 

6.Doktrin doktrin yang di anut aliran Asyariah

• Sifat-sifat

Menurutnya, Tuhan memiliki sifat sebagaiman disebut di dalam Al-Qur’an, yang di sebut sebagai

sifat-sifat yang azali, Qadim, dan berdiri di atas zat Tuhan. Sifat- sifat itu bukanlah zat Tuhan dan

bukan pula lain dari zatnya.

• Al-Qur’an.

Menurutnya, Al-Qur’an adalah qadim dan bukan makhluk diciptakan.

• Melihat

Menurutnya, Tuhan dapat dilihat dengan mata oleh manusia di akhirat nanti.

• Perbuatan

Menurutnya, perbuatan manusia di ciptakan Tuhan, bukan di ciptakan oleh manusia itu sendiri.

• Keadlian Tuhan

Menurutnya, Tuhan tidak mempunyai kewajiban apapun untuk menentukan tempat manusia di

akhirat. Sebab semua itu marupakan kehendak mutlak Tuhan sebab Tuhan Maha Kuasa atas

segalanya.

• Muslim yang berbuat

Menurutnya, yang berbuat dosa dan tidak sempat bertobat diakhir hidupnya tidaklah kafir dan tetap

mukmin.

Pengikut Asy’ari yang terpenting dan terbesar pengaruhnya pada umat Islam yang beraliran Ahli

sunnah wal jamaah ialah Imam Al Ghazali. Tampaknya paham teologi cenderung kembali pada

paham-paham Asy’ari. Al Ghazali meyakini bahwa:

Tuhan mempunyai sifat-sifat qadim yang tidak identik dengan zat Tuhan dan mempunyai wujud di luar Al-Qur’an bersifat qadim Mengenai perbuatan manusia, Tuhanlah yang menciptakan daya dan perbuatan Tuhan dapat dilihat Tuhan tidak berkewajiban menjaga kemaslahatan (ash-shalah wal ashlah) manusia, tidak wajib memberi ganjaran pada manusia, dan bahkan Tuhan boleh memberi beban yang tak dapat dipikul.

 

7.Sekte sekte aliran Asyariah

Doktrin-doktrin Syi’ah Itsna Asyariyah Di dalam sekte Syi’ah Itsna Asyariyah dikenal konsep

UsulAd-Din. Konsep ini terjadiakar atau fondasi pragmatisme agama. Konsep usuluddin

mempunyai lima akar :

• Tauhid (The Devine Unity)Tuhan adalah Esa baik esensi maupun eksistensi-Nya. Keesaan Tuhan adalah mutlak. Ia bereksistensi dengan sendirinya sebelum adaruang dan waktu. Ruang dan waktu diciptakan oleh tuhan. Tuhan maha tahu, maha mendengar,selalu hidup,mengerti tidak murakkab(tersusun). Tuhan tidak membutuhkan sesuatu. Ia berdiri sendiri, tidak dibatasi oleh ciptaan-Nya. Tuhan tidak dapat dilihat dengan mata biasa.

• Keadilan (The Devine Justice)Tuhan menciptakan kebaikan di dalam semesta ini merupakan

keadilan. Ia tidak pernah menghiasi ciptaan-Nya denganketidak adailan. Karena ketidakadilan dan

kelaliman terhadap yang lainmerupakan tanda kebodohan dan ketidak mampuandan sifat ini

jauhdari keabsolutan dan kehendak tuhan. Tuhan memberikan akal kepadamanusia untuk

mengetahui pekara yang benar atau salah melalui perasaan. Manusia dsapat menggunakan

penglihatan, pendengaran, danindra lainya untuk melakukan perbuatan, baik perbuatan baiak

maupun perbuatan buruk. jadi,manuasia dapat mamanfatkan potensi berkehandaK sebagaianugrah tuhan untuk mewujudkan danbertangguang jawab atas perbuatannya.

• Nubuwwah(Apostleship) sekalipun telah diberi insting, masih membutuhkan petunjuk, baik

petunjuk dari tuhan maupun dari manuasia. Rosul merupakan petunjuk hakiki utusan Tuhan yang secara transenden diutus untuk membrikan acuan dalam membedakan antara yang baiak dan yang buruk di alam semesta. Dalam keyakinan Syi’ ah itsna Asyariyah, tuhan telah mengutus 124.000 rasul untuk memberikan petunjuk kepada manusia. Syi’ahn Itsna Asyariyah percaya mutlak tentang ajaran tauhid dengan kerasulan sejak adam hingga Muhammad. Mereka percayaadanya kiamat.

Kemurnian dan keaslian Al-Qur’an jauh dari tahrif perubahan, atau tambahan.

• Ma’ad (The Last Day) Ma’ad adalah hari akhir (kiamat) untuk menghadap pengadilanatuhan di

akhirat. Seriap muslim harus yakin akan keberadaan kiamat dan kehidupan suci setelah dinyatakan

bersih dan lurus dalam pengadilan Tuhan. Mati adalah periode transit dari kehidipan dunia nemuju ke akhirat.

• Imamah (The Devine Guidance) Imamah adalah institusi yang di inagurasikan tuhan untukmemberikan petunjuk manusia yang di pilih dari keturunan ibrahimdan di delegasikan kepada keturunan muhammad sebagai nabi dan rosul terakhir. Selanjutnya, dalam sisi yang yang bersifat mahdah, Syi’ah isna asyariyah berpijakkepada delapan cabang agama yang di sebut dengan furu ad-din delapan cabang tersebutterdiri atas shalat, puasa, haji, zakat, khumus, atau pajak sebesar seperlima dari penghasilan, jihad al-amri bi al-ma’ruf dan an-nahyu an-munkar.

 

Daftar Pustaka

-https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/Innovative/article/view/4846#:~:text=Aliran%

20Asy'ariyah%20didirikan%20oleh,kedudukan%20orang%20yang%20berbuat%20dosa

-https://an-nur.ac.id/aliran-asyariyah-pengertian-dan-doktrin-ajaran/

-https://mynida.stainidaeladabi.ac.id/asset/file_pertemuan/7cdf6-ppt-ilmu-kalam.pptx

-https://tirto.id/sejarah-aliran-asyariyah-pokok-pemikiran-dan-tokoh-pendirinya-gidU#:~:text=Pok

ok%2Dpokok%20Pemikiran%20dalam%20Ajaran,filsafat%20sebagai%20fondasi%20pemikiran%2

0teologis

-https://mynida.stainidaeladabi.ac.id/asset/file_pertemuan/7cdf6-ppt-ilmu-kalam.pptx

-https://tirto.id/sejarah-aliran-asyariyah-pokok-pemikiran-dan-tokoh-pendirinya-gidU#:~:text=Pok

ok%2Dpokok%20Pemikiran%20dalam%20Ajaran,filsafat%20sebagai%20fondasi%20pemikiran%2

0teologis

 

 

 

 

 

 

 

 

 

KELOMPOK 8

ALIRAN MATURIDIYAH

1.Carissa eva kirani

2.Itsnain putri ramadhan

3.Fatimah yulia mekarsari

4.Yusuf wildan kurniawan

 

 A.Pengertian

Maturidiyah adalah aliran pemikiran kalam yang berpegang pada keputusan akal pikiran dalam hal yang tidak bertentangan dengan syara’. Sebaliknya jika hal itu bertentangan dengan syara’, maka akal harus tunduk kepada keputusan syara’.Al-Maturidy mendasarkan pikiran-pikiran dalam soal-soal kepercayaan kepada pikiran-pikiran Imam Abu Hanifah yang tercantum dalam kitabnya fiqh-ul Akbar dan fiqh-ul Absath dan memberikan ulasan-ulasannya terhadap kedua kitab-kitab tersebut.

Maturidiyah lebih mendekati golongan Muktazillah.Berdasarkan prinsip pendiri aliran Maturidiyah mengenai penafsiran Al-Qur’an yaitu kewajiban melakukan penalaran akal disertai bantuan nash dalam penafsiran Al-Qur’an.

Dalam menfsirkan Al-Qur’an Al Maturidi membawa ayat-ayat yang mu- tasyabih (samar maknanya) pada makna yang muhkam (terang dan jelas pengerti- annya). Ia menta’wilkan yang muhtasyabih berdasarkan pengertian yang ditunjuk- kan oleh yang muhkam. Jika seorang mikmin tidak mempunyai kemampuan untuk menta’wilkannya, maka bersikap menyerah adalah lebih selamat.Aliran Maturidiyah lahir di samarkand, pertengahan kedua dari abad IX M.

pen- dirinya adalah Abu Mansur Muhammad ibn Muhammad ibn Mahmud Al Maturidi, di daerah Maturid Samarqand, untuk melawan mazhab Mu`tazilah. Abu Manshur Maturidi (wafat 333 H) menganut mazhab Abu Hanifah dalam masalah fikih. Oleh sebab itu, kebanyakan pengikutnya juga bermazhab Hanafi. Al Maturidi dalam pe- mikiran teologinya banyak menggunakan rasio. Hal ini mungkin banyak dipenga- ruhi oleh Abu Hanifa karena Al-Maturidi sebagai pengikat Abu Hanifa. Dan timbul- nya aliran ini sebagai reaksi terhadap mu’tazilah.

Dalam Ensiklopedia Islam terbitan Ichtiar Baru Van Hoeve, disebutkan, pada pertengahan abad ke-3 uH terjadi pertentangan yang hebat antara golongan Muk- tazilah dan para ulama. Sebab, pendapat Muktazilah dianggap menyesatkan umat Islam. Al-Maturidi yang hidup pada masa itu melibatkan diri dalam pertentangan tersebut dengan mengajukan pemikirannya. Pemikiran-pemikiran Al-Maturidi dini- lai bertujuan untuk membendung tidak hanya paham Muktazilah, tetapi juga aliran Asy’ariyah.

Banyak kalangan yang menilai, pemikirannya itu merupakan jalan ten-gah antara aliran Muktazilah dan Asy’ariyah. Karena itu, aliran Maturidiyah sering disebut “berada antara teolog Muktazilah dan Asy’ariyah”. Namun, keduanya (Ma- turidi dan Asy’ari) secara tegas menentang aliran Muktazilah.

 

B.Sebab terbentuk

Munculnya aliran ini dipengaruhi oleh situasi teologis pada masa itu. Di wilayah kekuasaan Bani

Abbasiyah, aliran Mu’tazilah sempat menjadi mazhab resmi negara. Kaum Mu’tazilah menekankan

akal di atas wahyu dalam memahami agama. Pemikiran ini dinilai terlalu rasionalis sehingga dalam

beberapa hal bertentangan dengan pemahaman Ahlus Sunnah wal Jamaah.

Melihat hal tersebut, Al-Maturidi ingin menawarkan jalan tengah:

• Ia menolak dominasi rasionalisme ekstrem ala Mu’tazilah,

• Tetapi juga tidak sepenuhnya menolak peran akal seperti sebagian kalangan tradisionalis.Pokok ide yang melatarbelakangi kemunculannya:

1. Menjaga akidah Ahlus Sunnah

Maturidiyah mempertahankan keyakinan pokok Islam berdasarkan Al-Qur’an dan hadis

sahih, sambil tetap menggunakan logika sebagai alat memahami dalil.

2. Menyeimbangkan akal dan wahyu

Al-Maturidi menegaskan bahwa akal berperan penting dalam memahami kebenaran, tetapi

kebenaran wahyu tetap menjadi sumber utama yang mengikat.

3. Menangkal paham-paham menyimpang

Selain Mu’tazilah, Maturidiyah juga menentang pandangan ekstrem dari kelompok lain

seperti Jahmiyah, Qadariyah, dan golongan yang terlalu tekstual tanpa mempertimbangkan

akal.

4. Pengaruh mazhab Hanafi

Mazhab Hanafi dikenal moderat dan rasional dalam metode istinbat hukum. Tradisi ini

memengaruhi Al-Maturidi dalam mengembangkan teologi yang rasional namun tidak

melepaskan diri dari wahyu.

Dengan demikian, sebab terbentuknya aliran Maturidiyah dapat disimpulkan sebagai upaya menjawab

tantangan teologis zamannya:

• Meluruskan penyimpangan akibat pemahaman akidah yang terlalu rasional atau terlalu

literal,

• Menawarkan metode moderat yang menggabungkan nash (teks wahyu) dan akal sehat,

• Mempertahankan Ahlus Sunnah di tengah arus perdebatan pemikiran Islam.

 

C.Tokoh pendiri

Pendiri Maturidiyah adalah Abu Mansur al-Maturidi (w. 944 M), ulama besar mazhab Hanafi yang

lahir di Maturid, dekat Samarkand (Uzbekistan). Ia dikenal sebagai ahli teologi yang merumuskan

ajaran akidah Ahlusunah dengan pendekatan yang menyeimbangkan akal dan wahyu.

Pemikirannya menolak pandangan ekstrem yang hanya mengandalkan akal seperti Mu’tazilah,

sekaligus mengkritik kelompok yang menolak peran akal sama sekali. Salah satu karyanya yang

terkenal adalah Ta’wilat Ahl al-Sunnah, tafsir Al-Qur’an yang memuat pandangan teologisnya.

Ajarannya berkembang luas di Asia Tengah, Turki, India, dan dunia Islam Timur, terutama di

kalangan pengikut Hanafi.

 

D.Mazhaab yang di anut

salah satu mazhab akidah dalam Islam Sunni, yang dikenal juga sebagai aliran teologi yang

menekankan penggunaan akal (rasionalisme) dalam memahami ajaran Islam. Secara fikih, penganut

Maturidiyah pada awalnya mengikuti mazhab Hanafi, yang juga dikenal sebagai mazhab yang

Rasional

 

E.Pokok Ajaran

Aliran Maturidiyah memiliki beberapa pokok ajaran, di antaranya adalah: kewajiban mengenal Allah dan syariat Islam, pandangan tentang kebaikan dan keburukan menurut akal, konsep perbuatan manusia, dan pemahaman tentang janji dan ancaman Allah SWT. Aliran ini juga menekankan keseimbangan antara akal dan wahyu dalam memahami ajaran Islam. Berikut adalah penjelasan lebih rinci mengenai pokok-pokok ajaran Maturidiyah:

1. Kewajiban Mengenal Allah dan Syariat Islam:

Maturidiyah berpendapat bahwa meskipun akal dapat mengetahui baik dan buruk secara

objektif, namun akal saja tidak cukup untuk memahami seluruh kewajiban agama yang

diperintahkan Allah. Oleh karena itu, manusia tetap membutuhkan wahyu (syariat Islam)

untuk mengetahui perintah dan larangan Allah.

2. Kebaikan dan Keburukan Menurut Akal:

Maturidiyah membagi kemampuan akal dalam mengetahui baik dan buruk menjadi tiga hal.

Mereka mengakui bahwa akal dapat mengetahui sebagian kebaikan dan keburukan, namun

untuk mengetahui kewajiban yang diperintahkan Allah, manusia membutuhkan wahyu.

3. Perbuatan Manusia:

Aliran Maturidiyah berpandangan bahwa perbuatan manusia adalah hasil dari dua faktor:

perbuatan Allah (penciptaan) dan perbuatan manusia itu sendiri (usaha/ikhtiar). Mereka

mengutip ayat Al-Quran yang menjelaskan bahwa Allah-lah yang menciptakan segala

sesuatu, termasuk perbuatan manusia.

4. Janji dan Ancaman Allah:

Maturidiyah meyakini bahwa Allah memberikan janji surga bagi orang yang beriman dan

beramal sholeh, serta ancaman neraka bagi orang yang berbuat dosa. Namun, mereka juga

menekankan bahwa Allah memiliki kehendak bebas dan kebijaksanaan dalam memberikan

balasan.

Secara umum, Maturidiyah memberikan porsi yang lebih besar pada akal dalam memahami

agama dibandingkan dengan Asy'ariyah, namun tetap mengakui pentingnya wahyu sebagai

sumber utama ajaran Islam.

 

F.Dokterin yang dianut

Doktrin Ajaran:

1. Akal dan Wahyu

Al Maturidi dalam pemikiran teologinya berdasarkan pada Al-Qur’an dan akal, akal banyak

digunakan di antaranya karena dipengaruhi oleh Mazhab Imam Abu Hanifah. Menurut Al-Maturidi, mengetahui Allah dan kewajiban mengetahui Allah dapat diketahui dengan akal. Jika akal tidak

memiliki kemampuan tersebut, maka tentunya Allah tidak akan memerintahkan manusia untuk

melakukannya. Orang yang tidak mau menggunakan akal untuk memperoleh iman dan pengetahuan

mengenai Allah berarti ia telah meninggalkan kewajiban yang diperintahkan Allah.

Perbuatan manusia adalah ciptaan Allah, karena segala sesuatu dalam wujud ini adalah ciptaan-Nya.

Mengenai perbuatan manusia, kebijaksanaan dan keadilan kehendak Allah mengharuskan manusia

untuk memiliki kemampuan untuk berbuat (ikhtiar) agar kewajiban yang dibebankan kepadanya dapat

dilaksanakan. Dalam hal ini Al Maturidi mempertemukan antara ikhtiar manusia dengan qudrat Allah

sebagai pencipta perbuatan manusia.

2. Kekuasaan dan Kehendak Mutlak Tuhan

Allah memiliki kehendak dalam sesuatu yang baik atau buruk. Tetapi, pernyataan ini tidak berarti

bahwa Allah berbuat dengan sewenang-wenang, tetapi perbuatan dan kehendak-Nya itu berlangsung

sesuai dengan hikmah dan keadilan yang sudah ditetapkan-Nya sendiri.

3. Sifat Tuhan

Sifat-sifat Allah itu mulzamah (ada bersama) dzat tanpa terpisah (innaha lam takun ain adz-dzāt wa lā

hiya ghairuhū). Sifat tidak berwujud tersendiri dari dzat, sehingga berbilangnya sifat tidak akan

membawa kepada bilangannya Dzat Allah.Menurut Al-Maturidi, manusia dapat melihat Tuhan,

sebagaimana firman Allah QS. Al-Qiyamah: 22-23.

“Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tu- hannyalah mereka

melihat.”

Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa Tuhan kelak di akhirat dapat dilihat dengan mata, karena

Tuhan mempunyai wujud walaupun ia immaterial. Namun melihat Tuhan, kelak di akhirat tidak

dalam bentuknya, karena keadaan di sana beda dengan dunia.

4. Kalam Tuhan

Al-Maturidi membedakan antara kalam yang tersusun dengan huruf dan bersuara dengan kalām nafsī

(sabda yang sebenarnya atau makna abstrak). Kalam nafsi adalah sifat qadim bagi Allah, sedangkan

kalam yang tersusun dari huruf dan suara adalah baru (hadis). Kalam nafsi tidak dapat kita ketahui

hakikatnya dari bagaimana Allah bersifat dengannya, kecuali dengan suatu perantara. Maturidiyah

menerima pendapat Mu’tazilah mengenai Al-Qur’an sebagai makhluk Allah, tapi Al-Maturidi lebih

suka menyebutnya hadis sebagai pengganti makhluk untuk sebutan Al-Qur’an.

5. Perbuatan Tuhan

Semua yang terjadi atas kehendak-Nya, dan tidak ada yang memaksa atau membatasi kehendak

Tuhan, kecuali karena ada hikmah dan keadilan yang ditentukan oleh kehendak-Nya sendiri. Setiap

perbuatan-Nya yang bersifat mencipta atau kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepada manusia

tidak lepas dari hikmah dan keadilan yang dikehendaki-Nya.

6. Pengutusan RasulPengutusan Rasul berfungsi sebagai sumber informasi, tanpa mengikuti ajaran wahyu yang

disampaikan oleh rasul berarti manusia telah membebankan sesuatu yang berada di luar kemampuan

Pandangan ini tidak jauh dengan pandangan Mu’tazilah, yaitu bahwa pengutusan rasul kepada umat

adalah kewajiban Tuhan agar manusia dapat berbuat baik bahkan terbaik dalam hidupnya.

7. Pelaku Dosa Besar

Al Maturidi berpendapat bahwa pelaku dosa besar tidak kafir dan tidak kekal di dalam neraka

walaupun ia mati sebelum bertobat. Hal ini karena Tuhan telah menjanjikan akan memberikan balasan

kepada manusia sesuai dengan perbuatannya. Kekal di dalam neraka adalah balasan untuk orang

musyrik. Menurut Al Maturidi, iman itu cukup dengan membenarkan (tashdiq) dan dinyatakan (iqrar),

sedangkan amal adalah penyempurnaan iman. Oleh karena itu amal tidak menambah atau mengurangi

esensi iman, hanya menambah atau mengurangi sifatnya.

8. Iman

Dalam masalah iman, aliran Maturidiyah Samarkand berpendapat bahwa iman adalah tashdiq bi al

qalb, bukan semata iqrar bi al-lisan.:

“Orang-orang Arab Badui itu berkata: ‘Kami telah beriman’. Katakanlah: ‘Kamu belum beriman, tapi

Katakanlah ‹kami telah tunduk›, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat

kepada Allah dan Rasul- Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu;  Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang’.» (QS. Al Hujurat [49]: 14

 

G.Sekte-sekte

Dalam sejarah Islam, pernah berkembang pemikiran teologi yang menggabungkan rasio dan dalil

dalil nas Al-Quran maupun hadis untuk memahami akidah keislaman. Salah satu aliran populer di

arus pemikiran ini adalah Maturidiyah.Aliran Matudridyah meyakini bahwa akal dan syariat saling

melengkapi untuk mencapai kebenaran ilahiyah. Sementara penamaan Maturidiyah dinisbahkan

kepada nama pendirinya: Abu Mansur Al-Maturidi.Adapun Abu Mansur Al-Maturidi adalah tokoh

pemikir Islam yang lahir di Maturid, Samarkand pada tahun 853 Masehi atau Abad 3 Hijriah, tepatnya

semasa pemerintahan Khalifah Al-Mutawakkil dari Dinasti Abbasiyah. Saat ini, wilayah Maturid

berada di Uzbekistan.

Di masa silam, aliran ini berkembang pesat di Maturid, Samarkand sehingga dikenal sebagai aliran

Maturidiyah Samarkand. Selain di Samarkand, Maturidiyah berkembang di Bukhara. Dua tempat ini

dianggap sebagai episentrum tumbuhnya aliran pemikiran Maturidiyah.

 

Daftar pustaka

https://an-nur.ac.id/aliran-maturidiyah-pengertian-doktrin-ajaran-dan

aliran/#:~:text=Maturidiyah%20adalah%20aliran%20pemikiran%20kalam,harus%20tunduk

%20kepada%20keputusan%20syara'

https://tirto.id/sejarah-aliran-maturidiyah-tokoh-pemikiran-dan-doktrin-ajarannya-gh2q

https://almanhaj.or.id/2723-abu-manshur-al-maturidi-dan-aliran-maturidiyah.html

https://id.scribd.com/document/367083446/94293063-Makalah-Ilmu-Kalam-Aliran

Maturidiyahhttps://id.scribd.com/document/367083446/94293063-Makalah-Ilmu-Kalam

Aliran-Maturidiyah

https://an-nur.ac.id/aliran-maturidiyah-pengertian-doktrin-ajaran-dan-aliran/

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BAB 1 : ISLAM WASATHIYAH - AKIDAH AKHLAK KELAS X (SMT GENAP)

BAB 4 : KISAH TELADAN NABI LUTH KELAS X (SMT GENAP)

NILAI ASAT BAHASA JAWA KELAS XI F1-F7